Sebagian orang mungkin masih berpikiran bahwa semakin tinggi titel yang didapat, maka semakin besar peluang mereka untuk meraih kesuksesan. Nyatanya, ada sekitar 400.000 lulusan sarjana S1 menganggur setelah lulus setiap tahunnya. Tentu, pendapat bahwa titel akan mendatangkan kesuksesan belum tentu benar. Bahkan gelar yang didapatkan oleh seseorang juga tidak bisa menentukan karirnya ke depan.
Apa yang menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang?
Sejatinya kerja keras, pengalaman dan semangatlah yang patut dijadikan landasan awal mengapa orang bisa sukses, pun juga dalam bisnis. Meskipun Anda sudah sekolah tinggi ataupun mengambil pendidikan di luar negeri tetapi tidak akan bisa menjamin Anda sukses untuk berbisnis. Kenapa?
Karena 80-90% bisnis yang ada di Indonesia, khususnya bisnis small and medium company, mereka melakukan sebuah kesalahan-kesalahan fatal dalam bisnis, seperti yang akan kita bahas dalam artikel ini. Nah, terdapat 10 kesalahan fatal yang sering sekali dilakukan oleh beberapa business owner dan kesalahan ini tidak pernah dibahas oleh business school manapun.
10 Kesalahan Fatal dalam Bisnis
1. Tidak Fokus pada Profit
Pertama adalah Anda melakukan bisnis tetapi tidak profitable. Artinya Anda memilih sebuah bisnis yang hanya Anda suka tetapi ternyata aktifitas yang Anda lakukan tidak memberikan hasil. Bayangkan, apa yang terjadi jika aktifitas bisnis Anda banyak, kemudian investasi dan uang yang Anda miliki berlimpah tetapi tidak membawa untung sama sekali?
Syarat pertama dalam membangun bisnis adalah Anda harus profit dalam waktu secepat-cepatnya dan sesingkat-singkatnya. Kalau misal bisnis tidak bisa mendatangkan profit dengan menjual satu kue berarti bisnis tersebut
masih dikategorikan susah mendapatkan profit.
Anda harus bisa memperkirakan bahwa ketika Anda menjual, contoh satu kue atau satu bungkus makanan harus bisa mendatangkan profit. Apabila tidak bisa mendatangkan profit berarti bisnis tidak bisa diandalkan.
2. Investasi pada Aset Tidak Bergerak
Kesalahan terbesar yang kedua adalah terlalu banyak investasi di aset yang tidak bergerak atau aset-aset yang tidak mendatangkan sales. Apa efeknya? Efeknya adalah kekurangan cashflow. Kalau semisal bisnis terlalu fokus pada ‘wallpaper’, design, bangku yang bagus atau meja yang keren. Tetapi ternyata tidak bisa memberikan pengaruh apa-apa terhadap penjualan, maka siap-siaplah Anda akan kehabisan uang tunai.
Nah, kesalahan yang kedua ini juga mempengaruhi hal yang ketiga yaitu kita biasanya salah investasi diakibatkan salah memilih target market.
3. Salah Memilih Market
Salah satu contoh di sebuah perusahaan yang saya coaching, awalnya mereka menjual makanan di warung yang kecil. Saat mereka menjual di warung yang hanya dengan modal tenda saja, bisnisnya bisa sangat booming bahkan sampai antri panjang.
Bisnisnya adalah kuliner, jualannya ayam goreng dan lokasinya cukup strategis. Pada awalnya, penjual ini hanya berjualan di emperan toko. Sampai dia bisa membeli toko tersebut.
Menariknya adalah ketika mereka membeli tempat tersebut, mereka mendesign toko ini dengan gaya yang minimalis. Bangkunya unik, piring-piringnya unik, lampu gantungnya menarik. Lalu kemudian ketika launcing yang datang ke toko tersebut adalah orang-orang kelas menengah. Jadi, target market mereka adalah kelas menengah dan Business Owner ingin membuat mereka merasa nyaman.
Kenyataannya, omset mereka turun hingga 60%. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena segmen atau target market yang sesungguhnya bukan menengah ke atas, tetapi pecinta makanan mereka adalah menengah ke bawah. Dan orang-orang menengah ke bawah ketika melihat rumah makanya berubah, designya, brandingnya semua berubah. Mereka tidak lagi melihat itu sebagai warung yang dulu lagi.
Meskipun, harganya tidak banyak berubah. Tetapi perasaan orang yang datang ke sana tidak seperti warung tenda yang kalau makan keringetan, desek-desekan, antri dan harus rebutan tempat duduk. Ini semua ternyata yang dicari oleh customer mereka. Ibarat “NASI SUDAH MENJADI BUBUR”, mereka tidak bisa merubah lagi dan pilihannya mereka tetap harus memastikan bahwa mereka bisa melayani dengan segmen pasar yang berbeda.
Akhirnya kita melakukan coaching dan kita melakukan perombakan sedikit. Harganya kita naikkan, segmen pasar kita rubah dan kita memberikan sedikit edukasi kepada market
kelas menengah. Sampai akhirnya toko tersebut kembali ramai tetapi bukan kelas menengah ke bawah, yaitu kelas menengah ke atas.
Mereka mengkombinasikan program yang bukan sekedar dine-in (makan di tempat) tetapi juga ada katering, ada produk untuk nasi bungkus, melayani untuk makan siang di kantor, dll.
4. Salah Menentukan Harga
Banyak sekali pengusaha yang sekolah di luar negeri, ketika mereka mencoba untuk membangun bisnis di Indonesia tetapi tidak bisa bertahan lama. Ceritanya seperti ini, seorang pemuda yang sekolah di luar negeri datang ke Jakarta, lalu dia membuat cafe yang cantik sekali.
Kebetulan waktu pertama kali saya datang, saya bertanya kepada salah satu pegawai di sana, “siapa yang punya cafe ini?” Ternyata yang punya adalah orang yang pernah sekolah di Australia (saya tidak sebut nama pemiliknya). Saya merasa nyaman sekali ketika berada di cafe tersebut. Tetapi ketika saya bertanya jual makanan atau tidak? Mereka mengatakan hanya menjual kopi dan kue-kue.
Saya bertanya lagi, “waktu makan siang buka tidak?” Buka sampai jam 10 malam. Lalu, pagi buka? Buka tapi jam 10 pagi. Saya kemudian bertanya, kenapa buka jam 10 pagi? Bukannya ketika Anda jualan kopi sebaiknya buka dari jam 6 pagi, supaya orang yang breakfast bisa minum kopi. “Oh tidak, kita hanya buka jam 10 pagi!”
Nah, ternyata ketika saya datang lagi ke cafe tersebut pada jam 11 siang, sepi. Pas lewat lagi pada jam 9 malam, cafe sudah tutup. “Kenapa tutup?” Banyak orang bilang kemahalan.
Jadi, banyak sekali pengusaha yang salah menentukan harga yang mungkin bisa kemahalan dan bisa kemurahan. Tentu hal ini tidak dipelajari di sekolahan manapun, karena harga itu harus dites, diuji sesuai tidak dengan target market atau lokasi Anda berjualan. Kalau semisal jualannya di pasar, otomatis harganya harus sesuai dengan harga pasar.
5. Tidak Mengantisipasi Kompetitor
Sekarang ini banyak sekali bisnis-bisnis bermunculan dan memulai usahanya dengan cara yang unik dan kreatif. Contohnya cafe-cafe baru dan pada saat muncul kelihatannya menarik sekali. Tetapi pertanyaan saya adalah berapa lama keunikan itu bertahan? Kalau Anda bisa bertahan 1-2 tahun saja, maka bisnis Anda hebat. Tetapi kenyataannya keunikan tersebut tidak bisa bertahan lama. Kenapa?
Karena kompetisi dan teknologi itu bereaksi terhadap semua barang atau produk baru yang muncul di pasar. Nah, permasalahannya adalah seberapa responsif jika Anda bisa menggunakan inovasi untuk melawan kompetitor? Kalau Anda tidak inovatif dan Anda tidak tahu caranya menghadapi serangan kompetitor, maka bisnis Anda bermasalah.
Contoh, ada satu perusahaan yang cukup populer di Bogor yang mengembangkan bisnis sop duren bahkan bisnisnya tersebut bisa membuka cabang di mana-mana. Banyak perusahaan yang memberikan business opportunity, investasi dan akhirnya membuat mereka semangat sekali dalam menjalankan bisnis.
Hasilnya ditiga bulan pertama omsetnya bisa sampai Rp. 50-100 juta. Namun, setelah 4-6 bulan ternyata perusahaan melakukan breakeven saja sudah kesusahan. Karena ada banyak sekali kompetitor yang membuka gaya-gaya bisnis yang sama.
6. Hanya Fokus pada Satu Segmen
Ada bisnis-bisnis yang terlalu fokus dengan satu segmen dan satu customer saja. Misal, Anda mempunyai bisnis yang hanya mengandalkan satu segmen, pada saat segmen diambil orang, maka bisnis Anda akan ikut diambil juga. Bisa jadi Anda hanya mempunyai dua customer besar dan sisanya customer kecil dan saat customer besar tidak membeli produk Anda lagi, maka bisnis Anda akan goyang.
Jadi, terlalu mengandalkan customer tertentu sangat berbahaya. Kenapa bisa begitu? Karena marketing Anda tidak efektif dan tidak mampu mendatangkan customer besar yang baru. Inilah hal yang harus Anda antisipasi dan leader harus melakukan coaching kepada karyawan-karyawannya.
7. Over Grow
Banyak pengusaha baru yang mendapatkan uang banyak sebelum bisnis benar-benar sukses. Hal ini mungkin dikarenakan orang tuanya yang memberikan suntikan dana atau mendapat suntikan dari uang bank. Tetapi yang jadi masalah adalah ketika Anda ‘Over Grow”. Maksudnya, jika Anda bertumbuh dan tidak terkendali ketika Anda mendapatkan masalah dan bisnis Anda tidak tersistemasi, otomatis pertumbuhan Anda akan mengancam Anda.
Misal, Anda mempunyai satu perusahaan dan perusahaan tersebut masih tidak menguntungkan dan banyak masalah. Tetapi tiba-tiba Anda membuka cabang yang banyak. Nah, kesalahan yang ada di satu cabang akan terduplikasi ke cabang-cabang lainya, itu namanya adalah over grow. Anda tidak tahu apakah Grow Anda benar-benar sehat atau tidak, bahkan bisa jadi tidak terkendali dan masalahnya menjadi berlipat ganda.
So, untuk mengatasi hal tersebut Anda memerlukan yang namanya sistem, membuat sistem Anda efektif dan bisa berjalan tanpa Anda. Anda pun harus membuat strategi marketing yang tersistemasi, harus memastikan bisnis terkontrol supaya tidak terjadi kebocoran sama sekali.
8. Tidak Percaya Orang
Mungkin beberapa orang di luar sana, ketika mereka sudah sekolah tinggi cenderung kurang memiliki rasa percaya kepada kemampuan orang lain. Akhirnya ketika mereka berbisnis, Business Owner mengerjakan tugas kantor sendirian. Ataupun jika ia percaya, percayanya sangat terbatas sekali.
Tentu ini adalah hal yang sangat berbahaya karena yang namanya bisnis sukses harus mempunyai tim yang hebat, bukan karena satu atau dua orangnya yang hebat. Jadi, yang harus Anda lakukan adalah memastikan bisnis Anda bisa sukses dengan Team Work yang handal.
9. Tidak Memiliki Tim Manajemen yang Sehat
Faktor yang ke Sembilan cukup menarik karena banyak orang datang untuk belajar ke luar negeri kemudian menerapkan di Indonesia. Padahal ada hal yang berbeda dari
apa yang mereka pelajari di sana, dari kondisi pasar, market, daya pikir masyarakat, karyawan berbeda dan manajer pun berbeda. Sehingga akhirnya mereka gagal membentuk tim manajemen yang sehat.
Apabila perusahaan gagal membentuk tim manajemen yang sehat, berarti apapun keputusan bisnisnya akan selalu berisiko tinggi. Kenapa? Karena manajemen menentukan keputusan, sebuah keputusan yang nantinya akan melahirkan aktifitas dan aktifitas ini melahirkan uang. Jika uangnya tidak datang dan bisnis tidak sehat, berarti keputusannya yang bermasalah. Karena aktifitasnya, semua dilahirkan oleh keputusan dan yang memutuskan itu siapa? Yang memutuskan adalah manajemen.
So, kalau Anda tidak bisa membentuk manajemen yang sehat, berarti Anda sedang membuat bisnis Anda terancam.
10. Tidak Menambah Business Knowledge
Terakhir adalah sebagai business owner atau leader harus terus-menerus belajar karena knowledge is the new currency. Apabila Anda melihat pada zaman dahulu, orang yang punya tanah adalah orang kaya, di era agraria. Di era revolusi industri, orang yang punya pabrik akan sukses, berbeda lagi di era informasi, orang yang punya informasi akan sukses dan zaman sekarang, informasi bisa Anda dapatkan di mana-mana, cukup Anda melakukan googling maka informasi yang berlimpah akan Anda dapatkan.
Tetapi currency-nya apa? Knowledge. knowledge is the new currency. Apabila Anda mempunyai pengetahuan, maka Anda akan terus maju satu, dua, bahkan tiga langkah di muka, dibandingkan dengan kompetitor-kompetitor Anda.
Terakhir saya menginginkan Anda mengingat 4 syarat yang bisa Anda lakukan untuk membuat bisnis Anda maju.
Bisnis Anda harus profitable agar bisnis bisa berjalan lama,
Bisnis harus tersistemasi karena tanpa sistem Anda akan kerja sendiri,
Bisnis harus memiliki manajemen karena ia akan membuat bisnis Anda sehat,
Bisnis harus bisa diduplikasi, baik customer, tim dan bisnis Anda harus bisa diduplikasi. Kalau tidak, bisnis Anda bisa bertahan akan sangat kecil kemungkinannya.
So, semoga materi ini bermanfaat dan saya akan menginformasikan bahwa saya membawakan sebuah workshop yang sangat powerfull, yaitu “BUSINESS RECOVERY”. Business recovery ini akan mengajarkan Anda bagaimana Anda melakukan recovery di sebuah bisnis. Goalnya adalah meningkatkan kinerja keuangan, Marketing dan SDM.
Kenapa tiga ini penting? Karena tiga ini bisa membuat bisnis Anda bertahan dan bisa membuat bisnis bertumbuh. Lebih sehat lagi kalau Anda bisa membuat ini semua bersinergi. Rahasia-kesuksesan-sales-honda
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....