Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga 20 Februari 2022 - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

Postingan

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

KAUM ANTI SESAJEN

Dulu, di Sumatera Barat, kaum Muslim terbelah dua antara mereka yang ingin mempertahankan tradisi lokal dan mereka yang ingin menghancurkannya. Kelompok pertama disebut "Kaum Tua", sedangkan kelompok kedua disebut "Kaum Muda." Fenomena itu tak hanya terjadi di Minangkabau. Di pulau Jawa, kaum tua dan kaum muda juga ada, dan mereka bersitegang. Di Yogyakarta, kaum muda mendirikan perkumpulan dan mereka memberi nama "Muhammadiyah" artinya pengikut Nabi Muhammad. Salah satu kegiatan rutin kaum muda adalah merazia sesajen yang biasanya dilakukan oleh kaum tua. Jika ada sesajen, mereka langsung menendangnya, sambil teriak "allahu akbar" atau "astaghfirullah." Mereka beranggapan bahwa sesajen itu musyrik. Ketika kecil, saya masih melihat sesajen di bawah pohon besar di kampung kami, di pinggiran Jakarta. Dulu, kami tidak menendangnya, tapi mengambil beberapa makanan di sesajian itu. Biasanya pisang lampung dan kueh lapis, untuk kami makan sec

WAKTU

Pada sebuah hari yang disebut “1 Januari”, dunia  disatukan sebuah ilusi. Ada “tahun baru”. Seakan-akan tahun — dianggap mewakili  waktu dan diberi nomor, misalnya 2022 — adalah panggung  yang berbatas  tiang dan layar.  Panggung itu berganti-ganti secara periodik, dan di sanalah hidup kita digelar. Tiap kali  layar dibuka lagi setelah 12 bulan,  kata “baru” jadi ajektif yang dengan meriah diteriakkan. Seperti  sebuah konsensus,  atau mungkin kelatahan — setidaknya di dunia kota besar —  gelas berdenting; sirene melolong; trompet-trompet kertas ditiup  mulut yang basah; lagu dan kata-kata, juga doa pendek,  dinaikkan ke udara. Manusia — di Jakarta, Seoul, KL,  Ryadh, Paris, New York, Rio, Tokio, dan entah  mana lagi — seperti sedang bertemu di satu saat yang sama.  Tapi kita tahu, itu hanya ilusi.  Apa  yang disebut “1 Januari” tak satu:  di Wladiwostok berbeda sekian jam  dari di Wonokromo. Kita makin menyadari ini, terutama setelah kita punya telepon genggam dengan kamera yang bisa m