PENTINGNYA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PENTINGNYA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

PENTINGNYA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Komunikasi non-verbal memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai  dengan pernyataan dari Leathers (1976) : Faktor-faktor non-verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi  

Interpersonal

Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak  menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan non-verbal. Pada  gilirannya orang lain pun lebih banyak membaca pikiran-pikiran kita lewat.  

Petunjuk-petunjuk non-verbal. Menurut Birdwhistell tidak lebih dari 30%-35%  makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata, dan  sisanya dilakukan dengan pesan non-verbal.

Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan non-verbal  ketimbang pesan verbal. Menurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat  dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat  suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata,  dan sebagainya).Pesan non-verbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari  penipuan, distorsi, dan kerancauan.

Pesan non-verbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.  Misalnya sejak zaman prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan  lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak”  diucapkan, seluruh anggota tubuhnya menyatakan “ya”. Kecuali aktor-aktor  yang terlatih, kita semua lebih jujur berkomunikasi melalui pesan  non-verbal. Hal yang kadang kemudian terjadi adalah double binding dimana  ketika pesan non-verbal bertentangan dengan pesan verbal, orang pada  akhirnya akan bersandar pada pesan non-verbal.

Pesan non-verbal mempunyai fungsi meta komunikatif yang sangat diperlukan  untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.

Fungsi meta komunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang  memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas telah dipaparkan mengenai  fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.

Pesan non-verbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien  dibandingkan dengan pesan verbal.

Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal  selalu terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari yang diperlukan),  repetisi, ambiguity, dan abstraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk  mengungkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal.Pesan non-verbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau  emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan  sesuatu kepada orang lain secara implicit. Leathers (1976) menyatakan bahwa  jika anda meminta pelayanan seksual dari anak di bawah umur secara verbal,  anda dapat menerima hukuman penjara. Jika anda melakukan hal yang sama  secara non-verbal, anda bebas dari hukuman. Kita dapat memuji seseorang  secara verbal, tetapi mengecamnya secara non-verbal. Inipun sulit dituntut  secara hukum.  Baca juga : Kelebihan-dan-kekurangan-komunikasi-nonverbal


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d