LIMA HUKUM KOMUNIKASI YANG EFEKTIF LIMA HUKUM KOMUNIKASI YANG EFEKTIF - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

LIMA HUKUM KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective  Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang  mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti  merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya  adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat,  kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Baca juga Membangun-komonikasi-multi-demensi

Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap  menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita  berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia  ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan  kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap  saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang  menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik  sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win  Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu  prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan  penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat  terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada  sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini  sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda  atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa  lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini  akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika  yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa  aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan  antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan  mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi  penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia  manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One  Minute Manager.

Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau  kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam  memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau  mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk  mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand -understand then be understood to build the skills of empathetic listening  that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi  Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita  dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam  membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)  menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami  perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan  memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi  kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian  halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam  membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau  penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan  unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu  mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga  nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis  atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif  atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang  positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan  apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah  aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada  umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan  baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun  mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang  kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan  bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel  sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini  mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar  pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap  yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat  yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga  tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang  berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam  berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang  ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya  (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan  akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan  semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah  hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk  membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita  bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok  komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator  yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan  orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan  saling menguatkan. Baca juga Pengertian-sistem-politik-indonesia


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d