DIDALAM AJARAN TASAWUF QALBU RUHANI SERING DISEBUT DENGAN "HATI NURANI" DIDALAM AJARAN TASAWUF QALBU RUHANI SERING DISEBUT DENGAN "HATI NURANI" - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

DIDALAM AJARAN TASAWUF QALBU RUHANI SERING DISEBUT DENGAN "HATI NURANI"

Ada yang bertanya tentang Hati dan seperti apa bentuknya?

Pertanyaannya :
Apakah hati itu bisa berfikir? Bukankah fikiran itu asalnya dari otak.

Dan pertanyaannya ini jadi bahan olokan bagi orang atheis, bahwa orang yang percaya dengan Tuhan itu tidak menggunakan akalnya (Otaknya) dan hanya mengimani kata kata nabinya begitu saja.

Sesungguhnya ajaran agama dan sains (ilmu pengetahuan) itu saling menguatkan dan tidak berseberangan.

Saat proses penciptaan manusia di alam rahim organ yang pertama kali hidup adalah jantung, dan saat ajal kematian tiba, organ yang pertama kali mati adalah jantung pula.

Artinya apa? Otakmu itu takkan berfungsi jika jantungmu mati, otakmu itu bisa berfikir jika jantungmu masih berfungsi.

Didalam tharekat sufi diajarkan tentang dzikir nafas, naik turunnya nafas dengan lafadz dzikir yang berfungsi membersihkan hati.

Hati yang mana yang dimaksud?

Di dalam ajaran agama islam. Qolbu itu letaknya di dalam dada yang kebanyakan ulama sepakat itu adalah jantung, bukan organ yang dinamakan hati atau liver yang fungsinya menyerap racun, liver sendiri dalam bahasa arabnya adalah al kibdah.

Kata Hati juga sering di terjemahkan sebagai ‘heart’ (Inggris) yang bermakna jantung, karena itu bentuknya sering digambarkan seperti love.

Jadi sebenarnya apa itu qalbu?

Qalbu itu ada dua macam :

1. Qalbu jismani : Yang dimaksud adalah jantung jasmani.

hadis Nabi berkata :

“Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati (Qalbu)” (HR. Bukhari Muslim)

Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak? Tentu yang dimaksud jantung. Kata qalbu (memilili makna yang berbolak-balik) mengacunya ke organ jantung (heart) bukan hati (liver).

Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri. Jadi, qalbu adalah jantung. Jantung adalah organ yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

2. Qalbu ruhani : yang dimaksud adalah hati nurani. sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah)

Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Apakah para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? Tanyakanlah kepada para dokter jantung, apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa maksud hadits Nabi di atas? Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) yang memiliki nurani, itulah qalbu ruhani. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat (Ghaib) maka qalbu yang menjadi inti ruh ini pun qalbu yang tidak bisa dilihat mata zahir.

Didalam ajaran tasawwuf qalbu ruhani sering disebut dengan "hati nurani".

Di dalam hadis lain Nabi juga mengatakan:

“Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Didalam Al-Quran Allah juga menggunakan kata qalbu sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk memahami :

Firman Allah :
"dan manusia,mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai" (Qs. Al a’raf : 179)

Dan didalam Ayat lain menerangkan letaknya hati itu berada di dada (as shadru dada)

Firman Allah :
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (Qs. Al hajj : 46)

Dengan adanya hati kita bisa merasakan perasaan kita, sebagaimana kita saat bertemu dengan seseorang yang sangat kita cintai pastilah hatimu (jantungmu) berdegup dengan kencang, atau saat dirimu bertemu dengan sesuatu yang engkau takuti pastilah hatimu (jantungmu) berdetak dengan kencang. Baca Juga : Syaikh-siti-jenar-tidak-wafat-dieksekusi

Dengan adanya hati kita bisa merasakan semuanya, tapi berbeda dengan yang hatinya sudah mati. Jalan sufi adalah jalan hati.

Wallahu a'lam


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d