Pepatah Inggris mengatakan : “Don’t judge a book by it’s cover”, yang
secara harfiah berarti : jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya.
Pepatah tersebut memiliki makna bahwa hendaknya kita tidak menilai seseorang
atau sesuatu hanya melalui tampilan luarnya. Namun dalam kehidupan sehari-hari,
pepatah tersebut seringkali kita abaikan dan bahkan tidak relevan dalam
keseharian kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Sering kali kita menilai
sesuatu hanya melalui tampilan luar atau apa yang bisa kita lihat secara kasat
mata.
Dalam kehidupan sehari-hari, pepatah “Jangan
menilai sebuah buku hanya dari sampulnya” seringkali tidak relevan. Kita sering
merasakan bahwa kesan pertama sangatlah penting dalam mempengaruhi penilaian
seseorang terhadap sesuatu. Sebagai contoh, ketika kita memilih buku-buku yang
dalam keadaan tersegel sehingga kita hanya dapat melihat dan membaca tulisan
pada sampulnya, tentu kita akan menilai buku-buku tersebut melalui tampilan
sampulnya sebab kita tidak diperkenankan membuka segel untuk mengetahui
bagaimana dan seperti apa isi dari buku-buku yang kita pilih tersebut, dan pada
akhirnya, kita akan menjatuhkan pilihan kita pada buku dengan tampilan sampul
yang paling menarik. Baca juga Pentingnya-melakukan-survey-bisnis
Pengandaian memilih buku dari sampul
sebagaimana dicontohkan di atas kurang lebih sama dengan cara seseorang menilai
orang lain, terutama orang yang baru pertama kali ditemuinya. Kesan pertama
akan diperoleh sesorang dengan cara melihat orang lain dari tampilan luarnya,
melihat selera pakaiannya, melihat kerapian penampilannya, dan melihat tampilan
luar lain yang dapat dijangkau oleh panca indra. Sebab jika bukan dari hal-hal
yang kasat mata atau apa yang telah disaksikan oleh panca indra, melalui apa
lagi seseorang akan dapat menilai dan memberi pandangan tentang orang lain?.
Untuk benar–benar mengerti dan mendalami isi atau sifat dari orang lain,
seseorang membutuhkan waktu yang panjang, tidak cukup hanya menilai dari sekali
dua kali pertemuan.
Implementasi dari pepatah “menilai
buku berdasarkan sampulnya” juga dapat kita temui dalam dunia kerja dan
kehidupan sehari-hari. Ketika kita melamar pekerjaan misalnya, kita akan
dihadapkan pada tes wawancara. Dalam tes wawancara tersebut, seringkali sang
penguji hanya menanyakan sedikit hal tentang diri kita, misalnya hanya
menanyakan data diri kita, paling jauh menanyakan apa visi dan misi kita.
Pertanyaan yang sangat singkat tersebut
tentu tidak akan mampu menjawab apalagi menggambarkan tentang siapa sebenarnya
diri kita dan bagaimana sifat kita. Dalam tes wawancara, sebenarnya sang
penguji lebih banyak melihat dan memerhatikan tampilan luar kita, hanya menilai
melalui apa yang dapat ditangkap melalui panca indranya, baik dari mata,
telinga, dan indra-indra lainnya. Sebab tidak mungkin sang penguji atau sang
pewawancara akan dapat membaca isi hati kita. Maka dalam hal ini, kesan pertama
akan sangat menentukan penilaian. Penampakan luar yang mengesankan akan
berdampak pada diterima atau ditolaknya seseorang dalam mencari pekerjaan di
tempat yang baru.
Dari contoh-contoh pengalaman di
atas, tentu kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya penampilan atau tampakan
luar bagi kesan dan penilaian seseorang. Jika penampakan luar kita baik, maka
akan baik pula kesan kita di mata orang lain, setidaknya kesan awal. Sebaliknya
jika penampakan luar kita terlihat jelek
di mata orang, kesan tersebut akan melekat dibenak seseorang dan hanya
akan berubah setelah ia benar-benar mengenali diri kita atau mendengar tentang
kebaikan diri kita dari orang lain. Pada kebanyakan kasus, kesan awal yang
diterima seseorang akan melekat begitu lama dan bahkan akan sulit terhapus dari
ingatan.
Untuk itulah, kita mesti memperbaiki
tampilan luar kita agar memberi kesan awal yang baik pada orang lain dalam
memberi penilaian akan diri kita. Awal yang baik merupakan modal yang sangat
penting dalam memulai segala sesuatu, terutama perkenalan. Adapun penampakan
luar yang harus kita perbaiki bisa berupa penampilan atau gaya berpakaian kita,
dari bahasa kita, dari budi dan gestur tubuh kita dan lain sebagainya. Mengapa
memperbaiki penampakan luar dalam diri kita penting untuk dilakukan? Jawabannya
adalah, karena orang lain akan menilai diri kita dari apa yang dapat ditangkap melalui
panca indranya.
Memerhatikan gaya berpakaian
merupakan langkah awal dalam memperbaiki penampakan awal kita dalam memberi
kesan baik di mata orang lain. Apa yang melekat pada badan kita akan menjadi
salah satu unsur penilaian orang lain tentang diri kita. Jika kita berpakaian
rapi, tentu orang lain akan lebih nyaman dan terkesan kepada kita.
Sebaliknya jika kita berpenampilan
acak-acakan, maka orang lain akan tidak nyaman melihat kita. Dalam kehidupan
sehari-hari, gaya berpakaian seringkali menjadi unsur paling penting dalam
memberikan kesan awal. Sebagai contoh, orang yang memakai cerlana panjang
sobek-sobek dengan kaos yang sudah kusut akan memeberi kesan dalam diri kita bahwa
orang tersebut sangat urakan, dan orang yang urakan biasanya berpotensi sulit
diatur dan sulit dinasihati.
Begitu pun sebaliknya, orang yang
berpakaian rapi akan menimbulkan kesan yang baik dalam diri kita. Contoh yang
lebih kongkret lagi, kita akan menilai seseorang yang sering memakai peci dan sarung
sebagai orang yang religius, meski kita tidak pernah melihat secara langsung
orang tersebut sedang salat. Hal ini menunjukan bahwa gaya berpakaian akan
menjadi unsur terpenting dalam memberikan kesan awal pada orang lain. Maka
perbaikilah penampilan kita dan gaya berpakaian kita agar tidak terlihat buruk
di mata orang lain.
Memperbaiki gaya bicara juga penting
kita lakukan agar orang lain yang mendengarkan pembicaraan kita akan terkesan.
Jika gaya bicara kita tidak baik apalagi terkesan membosankan, maka penilaian
orang lain tentang diri ktia tidak akan terlalu baik. Gaya bahasa seringkali
menunjukan sifat sopan santun seseorang. Maka perbaikilah gaya bicara kita agar
kita terlihat santun di mata orang, sehingga kesan yang kita tinggalkan pada
orang lain akan terdengar baik dan menyenangkan.
Pepatah “Don’t judge a book by it’s cover” bisa jadi bukan berarti kita
tidak boleh menilai sesuatu dari tampilan luarnya, sebab hal itu merupakan hal
yang sangat manusiawi. Barangkali pepatah ini lebih dekat pada pemaknaan bahwa
sebaiknya kita tidak tergesa-gesa dalam menilai sesuatu atau seseorang. Ada
proses yang lebih lanjut untuk menilai baik atau buruknya sesuatu. Jika ingin
menilai buku, hendaknya jangan tergesa-gesa menilai baik buruknya hanya dari
sampulnya, melainkan baca dulu isinya. Namun tidak ada salahnya jika kita
memperbaiki penampilan luar. Sebab bukankah terdapat istilah tentang “Jatuh cinta pada pandangan pertama?”
Jatuh cinta disini bukan hanya berarti hubungan percintaan antar lawan jenis,
melainkan cinta dalam tataran yang lebih luas lagi, yaitu hubungan persaudaraan
antar sesama manusia. Jika orang lain bisa jatuh cinta pada penampakan luar
kita, maka kita akan lebih mudah menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang
tersebut. DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....