Membahas sejarah islam.
Setelah nabi wafat, para sahabat Anshar berkumpul di desa Tsaqifah, kediaman Bani Sa’idah. Di tempat itu, terjadi perdebatan antara kalangan Anshar dan Muhajirin mengenai pemimpin (amirul mukminin) pengganti nabi. Para sahabat Muhajirin merasa orang dari kelompok mereka yang lebih berhak karena mereka yang adalah golongan yang pertama kali beriman kepada nabi sebelum golongan yang lain. Sementara kalangan Anshar juga mengklaim bahwa mereka adalah golongan yang paling berhak karena mereka yang selalu menyertai perjuangan nabi sejak hijrah. Hingga akhirnya muncul suatu pendapat bila kaum Anshar akan mengangkat pemimpin untuk kalangannya sendiri, begitupula dengan Muhajirin, akan mengangkat pemimpin untuk kalangannya sendiri. Diantara nama-nama yang muncul sebagai calon paling kuat adalah Sa’ad bin Ubadah. Hingga akhirnya Umar bin Khattab hadir di tengah-tengah mereka dengan membawa Abu Bakar al-Shiddiq. Kemudian Umar mengusulkan Abu Bakar sebagai khalifah/amirul mukminin, karena beliau adalah orang yang pertama iman dan orang yang selalu menyertai perjuangan nabi. Akhirnya semua membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pertama, setelah sebelumnya mereka hampir mengangkat Sa’ad bin Ubadah. (Tarikh al-Thabariy)
Inilah awal perpecahan Islam yang akan mengukir sejarah kelam dalam dunia Islam. Sa’ad dan pengikut setianya merasa dendam kepada Umar yang telah membawa Abu Bakar dan menjadikan Abu Bakar sebagai calon tunggal. Padahal, seandainya Abu Bakar tidak hadir ketika itu, niscaya suara mayoritas akan mengalir untuk mendukung Sa’ad. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan salah satu sumbu pemicu terbunuhnya Umar bin Khattab di akhir kekuasaannya.
Perbedaan pendapat sejak masa Abu Bakar hingga zaman Umar, terus terjadi. Akan tetapi, berkat kelembutan sahabat Abu Bakar dan ketegasan Umar, umat Islam masih bisa menjadi padu dalam satu komando. Pada masa Utsman bin Affan, terjadi kekacauan pemerintahan di akhir kepemimpinannya karena ada pembangkangan dari sebagian masyarakat muslim yang merasa bahwa Utsman bin Affan melakukan nepotisme dalam membagi kekuasaan Negara. Sebab itulah, akhirnya Utsman bin Affan meninggal akibat dibunuh oleh pemberontak. Api perpecahan sudah semakin membesar ketika zaman pemerintahan Utsman bin Affan.
Sewaktu Utsman bin Affan dituduh nepotisme, dia diam saja tapi para muslim dari Mesir nekat mendatanginya ke Madinah, tentara Madinah waktu itu jauh lebih besar dari para muslim dari Mesir ini tapi Utsman tidak mau menghabisinya karena dia tidak mau ada pertumpahan darah sesama muslim. Oleh karena itu dia hanya bertahan saja dan rumahnya dijaga ketat termasuk oleh cucu nabi Muhammad, Hasan dan Hussein. Namun suatu malam , mereka berhasil naik dari gerbang belakang dan membunuh Utsman yang sedang memegang Quran.
Api tersebut terus berkobar hingga pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Ali bin Thalib memutuskan untuk berdamai dengan Muawiyah, tapi ada pihak yang tidak sepakat dengan keputusan ali akhirnya memilih untuk keluar dan tidak mengikuti putusan Ali sebagai khalifah. Kelompok ini disebut khawarij. Sementara kelompok yang tetap berpegang teguh pada Ali disebut dengan Syi’ah
Pada masa kekhalifahan Ali pernah terjadi dua kali perang saudara yang dikenal dengan perang shiffin antara sayyidina Ali dengan Mu’awiyah dan perang Jamal antara sayyidina Ali dengan siti Aisyah. Pada masa Ali inilah firqah dalam Islam sudah terbentuk secara sempurna.
Pada masa setelah peperangan shiffin, terjadilah perdamaian antara Ali dan Mu’awiyah. Sayyidina Ali lebih memilih mundur dari kekuasaan daripada terjadi pertumpahan darah sesama muslim, kemudian tampuk kekuasaan oleh sayyidina ali diserahkan kepada Mu’awiyah untuk menyatukan kaum muslim.
Ali bin Abi Thalib terbunuh dengan keengganannya memilih mempertahankan kekuasaannya, namun banyak golongan yang mendukungnya berharap dia segera membasmi dinasti bani Umayyah yang dibangun oleh utsman bin affan, namun sayyidina ali lebih memilih berdamai, apalagi naiknya dia menjadi khilafah menggantikan Utsman pun sebenarnya sudah dia tolak berkali-kali. Akhirnya Ali dibunuh oleh muslim yang menganggap Ali kurang tegas. Bayangkan sayyidina ali sebagai sepupu sekaligus menantu nabi muhammad dan seorang laki laki yang pertama kali masuk islam bisa dibunuh?? Hanya karena perbedaan politik atau kekuasaan.
Kedua kelompok ini khawarij dan syiah akhirnya berdebat begitu sengit hingga akhirnya melibatkan persoalan keagamaan dan terpecah menjadi dua golongan yang sampai saat ini selalu berperang. Persoalan yang mulanya berupa persoalan politik, ditarik menuju kepada persoalan keagamaan. Dari kelompok kelompok itu kemudian berkembang menjadi lebih banyak golongan, menjadi Sunni, Wahabi, dan lain-lain.
Lalu pada akhirnya cucu nabi sendiri Hasan dan Hussein pun tidak luput dari tragedi, Hasan diracun karena dianggap sebagai ancaman utama kalau dia hidup dialah yang bisa disebut keturunan nabi yang bisa memimpin umat. Setelah Hasan dibunuh, giliran Hussein dibunuh dengan brutalnya, kepalanya dipenggal di Karbala dan diarak ribuan kilometer ke Damaskus.
Dari sinilah kemudian Islam menjadi terpecah-pecah. Perpecahan yang awalnya diakibatkan oleh politik atau kekuasaan.
Ini sejarahmu wahai ummat muslim!!! demi kekuasaan bahkan keluarga dan sahabat terdekat nabi pun engkau bunuh. Sembuhmu itu kapan wahai ummat muslim?? Mau seperti itu terus sepanjang masa??
Yang Sunni perang dengan Syiah, padahal sama-sama mengaku Islam, yang wahabi memusuhi semua Islam, padahal Utsman dan Ali menumpahkan darah sesama muslim itu pantang bahkan rela nyawanya sendiri dikorbankan.
Kalau begitu kapan islam menjadi Rahmatan Lil Alamin?? Jangankan Rahmatan Lil Alamin (Rahmat bagi alam) Rahmatan Lil Muslimin (Rahmat bagi sesama muslim) saja tidak.
Wallahu A'lam.
Baru sepuluh hari menjabat Menteri Agama, Jenderal TNI (Purnawirawan) Fachrul Razi sudah memproduksi sejumlah kontroversi.
Setelah dilantik dia menyatakan bahwa dirinya bukan Menteri Agama Islam tapi untuk semua agama. Selanjutnya disusul dengan pernyataan-pernyataan tak biasa sebagai seorang Menteri Agama RI. Baca Juga : Bekal-ruhani-yang-mencerahkan
Penunjukan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama pun menuai protes sebab dia berlatarbelakang militer. Sedangkan menteri-menteri sebelumnya adalah ulama Nahdlatul Ulama meski diusung oleh partai politik.
Berikut empat pernyataan kontroversial Fachrul Razi sejak dilantik pada Ahad, 20 Oktober 2019:
1. PNS Bercadar
Sejumlah pemberitaan mengutip pernyataan Fachrul Razi di Hotel Best Western, Jakarta, pada Rabu 30 Oktober 2019, tentang penggunaan cadar di lingkungan instansi pemerintahan dan ancaman keamanan.
Ancaman keamanan yang dia maksud adalah seperti kasus penusukan Menkopolhukam Wiranto di Banten beberapa waktu lalu. Salah seorang penusuk Wiranto mengenakan jilbab panjang serba hitam dan bercadar.
Fachrul Razi mengatakan tak ada dasar aturan agama dalam penggunaan cadar. Apalagi aturan di pemerintahan.
“Kalau instansi pemerintah kan memang sudah jelas ada aturannya, kalau kamu PNS memang boleh pakai tutup muka?” ujar Fachrul.
Kalangan NU langsung bereaksi.
Wakil Ketua Komisi II DPR Yaqut Cholil Qoumas meminta pemerintah tidak sibuk mengurusi aturan seragam di pemerintahan, termasuk cadar atau celana cingkrang. Politikus PKB ini meminta pemerintah serius mengurus masalah radikalisme saja.
Menurut Ketua Umum GP Ansor tersebut, cara berpakaian adalah bagian dari budaya yang sah dan tidak perlu diatur oleh negara.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU Helmy Faishal Zaini bahkan menilai ide Fachrul Razi ingin mencegah penyebaran ustad provokatif dengan mengadakan penataran Pancasila perlu dikaji ulang. Ia menilai langkah itu terlalu menyederhanakan masalah.
Fachrul Razi justru membantah melarang penggunaan cadar bagi aparatur sipil negara (ASN) wanita di kantor. Yang benar adalah dia menyampaikan jika di dalam agama Islam tidak ada dalil baik yang menguatkan maupun melarang memakai cadar.
"Saya enggak berhak, dong. Menteri agama, paling-paling merekomendasi," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Kamis, 31 Oktober 2019.
2. Celana Cingkrang
Fachrul juga mengatakan penggunaan celana cingkrang oleh ASN tidak sesuai aturan. Dia mengingatkan ASN mengikuti semua aturan, termasuk cara berpakaian. Meski tak dipersoalkan dari segi agama, Fachrul Razi menyebut celana cingkrang melanggar aturan berpakaian ASN.
“Tapi dari aturan pegawai (celana cingkrang) bisa (dilarang),” kata Fachrul di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jalan Medan Merdeka Barat, pada Kamis, 31 Oktober 2019.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2016 mewajibkan ASN pria mengenakan celana panjang yang menutupi mata kaki. Sedangkan ujung celana cingkrang di atas mata kaki.
3. Doa Berbahasa Indonesia
Fachrul Razi juga pernah mengimbau para imam masjid menyelipkan pesan-pesan anti Islam radikal dalam setiap doa bersama. Fachrul menyebut ajaran radikal sebagai Islam sesat.
Dia meminta doa itu disampaikan dalam Bahasa Indonesia agar bisa dimengerti banyak umat Islam. Tapi, ia tak mempermasalahkan jika doa lainnya disampaikan dalam Bahasa Arab.
"Misalnya gini, ya Allah ya Tuhan kami, jauhkan kami ya Allah dari upaya-upaya untuk mengadu domba sesama kami, mengadu domba bangsa ini, untuk membawa Islam menjadi Islam yang sesat, dan lain-lain sebagainya itu, dalam Bahasa Indonesia," kata Fachrul Eazi dalam Lokakarya Peningkatan Peran dan Fungsi Imam Tetap Masjid di Hotel Best Western, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.
Menurut dia, para imam punya peran penting untuk menjaga masjid dari kelompok-kelompok yang hendak menjadikannya sebagai tempat menyebarkan ajaran kekerasan berbasis agama. Padahal, masjid harus jadi pusat persatuan umat.
“Dalam berdoa gunakan juga bahasa Indonesia agar umat dan masyarakat mengerti, karena tidak semua umat, warga bangsa ini mengerti Bahasa Arab.”
4. Tinggalkan Penceramah yang Membodohi
Fachrul Razi menyebut di masjid-masjid terdapat penceramah yang tidak memberi pencerahan lewat dakwah. Dia menilai menganggap ada ustad yang justru membodohi para pendengar ceramah.
Menurut dia, para penceramah itu menggunakan dalil-dalil agama untuk menyebarkan ajaran-ajaran kekerasan dan intoleransi beragama.
Dia ingin masyarakat tak sungkan meninggalkan pendakwah seperti itu. "Kami ingin juga (penceramah yang) mencerdaskan umat. Jadi sering saya katakan kadang-kadang kalau umat dibikin bodoh. Enggak suka, tinggalin. Saya kadang-kadang suka marah," ucap Fachrul Razi. Tempo.Co
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....