ABU NAWAS DIGELANDANG POLISI ABU NAWAS DIGELANDANG POLISI - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

ABU NAWAS DIGELANDANG POLISI

Abu Nawas Digelandang Polisi, 
Ibnu Sina dan Tradisi Berpikir dalam Islam
Alkisah, di suatu malam, kepala keamanan kerajaan –atau kalau sekarang bisa disebut polisi, beserta beberapa pengawalnya melakukan patroli di jalanan kota Baghdad. Di tengah patroli mereka tak sengaja memergoki Abu Nawas sedang mabuk-mabukan dan omongannya meracau tak jelas.

Melihat kondisi Abu Nawas yang sudah mabuk berat, kepala polisi memerintahkan pengawalnya untuk menggelandang Abu Nawas ke pos pengamanan dan menahan Abu Nawas semalaman, hingga ia sadar kembali keesokan harinya.

Esok paginya ketika Abu Nawas sudah sadar kembali, sang komandan polisi menyampaikan berita ihwal ditangkapnya Abu Nawas kepada khalifah Harun ar-Rasyid. Mendengar berita ditangkapnya Abu Nawas, khalifah Harun ar-Rasyid lantas memerintahkan sang komandan polisi untuk menghadirkan Abu Nawas di hadapannya.

Singkat cerita, ketika Abu Nawas berada di hadapan khalifah Harun ar-Rasyid, tanpa basa-basi khalifah Harun ar-Rasyid memerintahkan algojo untuk menampar wajah Abu Nawas. Namun apa yang terjadi?

Ternyata algojo yang diperintahkan menampar wajah Abu Nawas memiliki fisik yang tidak begitu tinggi, sehingga untuk menampar wajah Abu Nawas saja ia tak mampu.

Sadar diri akan kondisinya, lantas algojo itu pun berkata, “Menunduklah wahai Abu Nawas, hingga aku bisa menamparmu!”

Mendengar permintaan algojo, Abu Nawas pun tak kehabisan akal. Dengan nada sedikit mengejek Abu Nawas berkata, “Ya Tuhan, malas sekali kau ini. Apa kau ingin mengundangku makan, sehingga aku harus menundukkan badanku.”

Mendengar ejekan dari Abu Nawas, algojo itu pun lantas menimpali, “Demi Tuhan, jika aku setinggi Aun bin Anaq –orang yang masyhur dengan tinggi badannya waktu itu– maka sudah dari tadi kau kesakitan karena tamparanku.”

Mendengar ocehan algojo, Abu Nawas lantas mengejeknya kembali, “Nyatanya tak sedikit pun tanganmu menyentuh wajahku, hahaha…” Baca juga : Biografi-fahcrul-razi-kabinet-indonesia

Mendengar celotehan dan ejekan Abu Nawas kepada algojo, khalifah Harun ar-Rasyid pun tertawa terpingkal-pingkal dan kemudian memerintahkan algojo untuk meninggalkan Abu Nawas, “Wahai algojo tinggalkan Abu Nawas, aku sudah memaafkannya.” OLEH MUKHAMMAD LUTFI


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d