KESTABILAN POLITIK KESTABILAN POLITIK - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

KESTABILAN POLITIK

Tidak kurang dari 25 buah kabinet politik yang memerintah di indonesia  selama indonesia merdeka. Dari jumlah tersebut hanya 7 kabinet yang  berhasil memerintah selama 12 sampai 23 bulan. Lalu terdapat 12 kabinet  yang berumur antara 6 sampai 11 bulan. Dan 6 buah kabinet yang hanya bisa  bertahan diantara 1 sampai 4 bulan. Demikian salah satu gambaran dari ketidakstabilan politik Indonesia, yakni dilihat dari kesempatan yang  tersedia bagi setiap pemerintah (kabinet) umtuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi.

Orang akan cepat setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa ketidaksatabian politik yang dialami oleh indonesia memperkecil keleluasaan bagi negara ini untuk mengadakan perbaikan-perbaikan ekonomi, sosial dan poitik. Oleh karena itu adalah logis program politik Orde Baru pada awal kekuasaannya untuk menegakkan kesetabilan politik untuk memberi landasan kepada pembangunan.

Kalau ketidakstabilan terdahulu bersumber dari kelemahan elit untuk bekerja sama satu sama lain, maka terakhir ini bersumber dari belum melembaganya struktur dan prosedur politik yang mampu memberi tempat bagi masyarakat untuk ambil bagian dalam proses politik.

Secara teoritis, stabilitas politik banyak ditentukan oleh 3 variabel yang berkaitan satu sama lain, yakni perkembangan ekonomi yang memadai, perkembangan perlembagaan baik struktur mupun proses politik, dan  partisipasi politik.

Dalam hubungan antara perkembangan ekonomi dengan demokrasi, negarawan dan penelitian politik Barat menyimpulkan bahwa masalah politik yang penting bersumber dari perkembangan industri yang cepat. Dengan perkembangan industri tersebut memperbesar jumlah buruh tidak ahli dari desa, tapi tidak mampu menjadi ahli sesuai kecepatan perkembangan industri. Akibatnya, pengangguran menjadi masalah politik yang harus segera diselesaikan.

Bagi Indonesia yang banyak penduduknya hidup dalam sektor pertanian, ada usaha untuk meningkatkan hasil pertanian guna mendampingi perkembangan industri, dengan harapan agar sektor pertanian menyerap banyak tenaga kerja. Namun, ada persoalan pokok untuk menyeimbangkan antar daya serap tenaga kerja semua sektor ekonomi dengan persediaan tenaga kerja di masyarakat. Kecenderungan ini menyebabkan tumbuhnya potensi radikal petani pedesaan dan kalangan bawah masyarakat kota, karena ketidakpuasan serta perasaan tidak aman tentang kehidupan yang baik.

Masyarakat tersebut lebih mudah tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Sebagai bukti terlihat dari dengan mudahnya PKI menggerakkan massa petani untuk. Melakukan aksi sepihak pada awal tahun 1960-an, karena ketidakpuasan di kalangan petani menyebabkan mereka lebih mudah tertarik pada taktik perjuangan PKI.

Di samping semua itu, pada situasi di mana perkembangan ekonomi yang tidak diimbangi partisipasi masyarakat secara politik, sulit juga diharapkan terpeliharanya kestabilan politik. Kestabilan politik dalam suasana partisipasi politik yang tinggi sekiranya diimbangi perkembangan pelembagaan politik. Maksudnya, masyarakat ingin ikut ambil bagian dalam proses politik melalui lembaga-lembaga politik sesuai kekuatan politik di masyarakat. Partisipasi yang tidak tersalurkan akan goncangan-goncangan  terhadap kestabilan politik.

Tanpa menghubungkan dengan pembangunan, kestabilan politik dapat juga dipelihara dengan mempertahankan tingkat pelembagaan politik yang rendah; asal diimbangi partisipasi politik yang rendah pula. Dalam penelaahan mengenai kestabilan politik Indonesia sejak merdeka, dapat dibedakan antara kestabilan dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Kestabilan politik jangka pendek lebih banyak ditentukan oleh kewibawaan pemerintah. Silih bergantinya pemerintahan masa Demorasi Konstitusional dalam waktu singkat sehingga kesempatan untuk melaksanakan programnya sulit menurunkan kepercayaan masyarakat. Penurunan kepercayaan tersebut mempengaruhi kestabilan politik. Selain itu, kepercayaan massa terhadap kepemimpinan kharismatik Soekarno di masa Demokrasi Terpimpin banyak juga berpengaruh terhadap kestabilan politik jangka pendek. Semakin lamanya Soekarno memerintah didorong juga masalah-masalah nasional yang tak terselesaikan, maka sentakan ketidakstabilan politik makin dirasakan.

Dengan demikian, dalam jangka pendek ketidakstabilan politik di Indonesia lebih banyak tergantung pada faktor seni dan keahlian berpolitik dan memerintah. Kewibawaan pemerintah, kemampuan berkompromi, dan kemampuan memimpin birokrasi tampaknyalebih berperan bagi stabilitas dalam jarak 1  atau 2 masa pemilu.

Stabilitas politik jangka panjang ditentukan oleh 3 faktor, yaitu  perkembangan ekonomi, pelembagaan struktur dan proses politik, dan  partisipasi politik. Dalam pergantian sistem politik Demokrasi  Konstitusional ke Demokrasi terpimpin pelembagaan politik lemah.  Lalu tercetus ketidakpuasaan terhadap Demokrasi Terpimpin karena kemerosotan  ekonomi danmakin banyak kekuatan politik yang tidak memperoleh peran.  Beberapa fenomena tersebut terjadi dalam waktu yang singkat, namun dampaknya  berlaku sampai beberapa tahun berikutnya dalam perkembangan politik di negeri ini. Baca juga Teori-politik


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d