WAHDATUL ADYAN WAHDATUL ADYAN - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

WAHDATUL ADYAN

Wahdatul adyan
Inti ajaran dari Faham Wahdah al adyan (Kesatuan segala agama) adalah sebagai pemahaman tentang Nur Muhammad. Yakni tentang qadimnya Nur Muhammad.

Sebenarnya agama yang berbeda-beda itu hanyalah nama saja yang berbeda, tapi hakikatnya satu saja. Nama berbeda namun satu tujuan. seperti Islam, Nasrani, Yahudi dan yang lain-lain hanyalah perbedaan nama dari hakikat yang satu.

Segala agama adalah agama Allah maksudnya adalah semuanya menuju Allah. Orang yang terlahir dalam suatu agama, bukanlah atas kehendaknya, tetapi dikehendaki untuknya. Cara ibadah bisa berbeda caranya, namun tujuannya sama, Hakikatnya pada yang satu.

Dari ‘Abdullah bin Tahir al-Azdi mengatakan, lalu dicatat oleh al-Taftazani didalam kitabnya sebagai berikut :
“Suatu hari aku bertengkar dengan orang yahudi di pasar baghdad. Diapun kumaki: "Hai anjing". Ketika itu al-Hallaj lewat dan memandangku dengan geram. Lalu beliau menegurnya : jangan kau maki anjingmu. Al-Hallaj pun langsung pergi. Setelah pertengkaran itu, aku mencari al-Hallaj. Namun ketika ku temui, dia memalingkan wajahnya. Akupun meminta maaf kepadanya. Lalu dia berkata: wahai sahabatku, semua agama adalah milik Allah. Setiap golongan menganut suatu agama tanpa adanya pilihan, bahkan dipilihkan bagi mereka. Karena itu, barangsiapa menyalahkan apa yang dianut golongan itu sama saja halnya dia telah menghukumi golongan tersebut menganut agama atas upayanya sendiri. Ketahuilah! agama yahudi, islam dan yang lain-lainnya adalah sebutan serta nama yang beraneka ragam dan berbeda. Akan tetapi tujuan semuanya tidak berbeda”.

Allah berfirman :
“Dan sayangilah manusia sebagaimana Allah sayang kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat bencana di muka bumi sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berbuat bencana.” (Q.S. Al-Qashash ayat 77)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang Sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta melakukan kebaikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih." (QS Al-Baqarah 2: 62)

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam tafsirnya sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada agama Sayyidina Muhammad SAW, orang-orang Yahudi yang mengikuti agama Musa a.s., orang-orang Nasrani yang mengimani agama Isa a.s., orang-orang Sabi'in yang memeluk agama Nuh a.s., siapa saja yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, meyakini Tauhid Allah, mengakui ketuhanan-Nya, mengakui bahwa tidak ada yang menciptakan kecuali Allah yang Mahatunggal dan Esa, juga membenarkan dan mengakui adanya Hari Pembalasan, berbuat baik sesuai perintah, serta ikhlas mengharap ridha Allah dalam beramal, maka mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, yang menuntun mereka ke arah tauhid. Tidak ada kekhawatiran pada mereka dari hukuman dan azab dan tidak pula mereka bersedih hati disebabkan buruknya tempat kembali di hari kemudian. Baca Juga : Tentang-ruh

Tidak ada faedahnya seseorang mencela orang yang berlainan agama dengan dia, karena itu adalah takdir (ketentuan) Tuhan untuknya. Tidak ada perlunya berselisih dan bertingkah. Tetapi lebih baik perdalamlah agama masing-masing. Wallahu a'lam


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d