AL 'ALAM HUWA ALLAH, HUWA AL 'ALAM : WUJUD TUHAN NYATA PADA ALAM AL 'ALAM HUWA ALLAH, HUWA AL 'ALAM : WUJUD TUHAN NYATA PADA ALAM - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

AL 'ALAM HUWA ALLAH, HUWA AL 'ALAM : WUJUD TUHAN NYATA PADA ALAM

Banyak orang mengatakan bahwa sufi mengajarkan banyak Tuhan 
karena seorang sufi menyatakan Allah ada dimana-mana 
bahkan seorang sufi berani mengatakan diri mereka melebur dengan Tuhan.

Semua ucapan mereka berdasarkan pada surat Qaaf ayat 16 : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (QS. Qaaf 50:13).

Dan ayat Al-Baqarah ayat 186 : "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. QS Al-Baqoroh (2:186).

Karena dari kedua ayat diatas menyatakan kedekatan Allah dengan makhluknya maka bisa dikatakan bahwa Allah ada dimanapun umatnya berada.

Tapi bukan berarti ucapan ini disebut banyak orang bahwa seorang sufi menyembah banyak Tuhan atau pantheism yaitu faham yang menyatakan bahwa seluruh alam semesta ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam semesta ini.

Mari kita fahami dulu apa dasar dari kalimat "ALLAHU AKBAR"

Berbicara tentang keMaha Besaran Tuhan, maka kita harus memikirkan “Tuhan” Yang Maha Besar harus meliputi seluruh alam semesta ini, karena bila ada ruang kosong diluar “Tuhan” maka berarti ruang itu lebih besar dari “Tuhan”. Karena itu tidak ada ruang kosong diluar “Tuhan”. artinya alam semesta ini berada didalam “Tuhan”.

Tapi bukan berarti alam semesta ini adalah Tuhan, tetapi hanya orang cerdas dan berilmu yang bisa memahaminya.

Ketika kita ditanya adakah benar Tuhan itu ada?
kita akan menjawab dengan apa? Tentu kita akan menunjuk ciptaanNya yaitu alam semesta ini, tapi bukan berarti kita mengatakan Tuhan itu adalah alam semesta ini karena itu syirik menunjukkan ciptaanNya bukan yang menciptakan, alam semesta ini hanyalah perwujudan nyatanya adanya Tuhan.

Inilah Maksud dari perkataan :
“Al-‘alam Huwa Allah, Huwa Al-‘alam”
Wujud Tuhan nyata pada alam.

Dalam Hadist, Nabi Muhammad Saw bersabda : 
“Berfikilah kamu semua perihal makhluk Allah (apa-apa yang diciptakan oleh Allah) dan janganlah kamu sekalian berfikir mengenai Dzat Allah, sebab sesungguhnya kamu semua sudah tentu tidak dapat mencapai keadaan hakikatnya”.

Dari hadist ini jelas dikatakan bahwa memikirkan bentuk materi Allah jelas terlarang, jadi ketika para Sufi menyatakan kedekatan dan peleburan “diri” dengan Allah, sufi tidak pernah menyatakannya secara fisik/materi. Atau ketika berbicara tentang kebesaran Allah, maka para sufi juga tidak pernah memahaminya secara materi. 

Para sufi hanya mengajarkan “kezuhudan” dimana tujuan utama hidup mereka hanya untuk Allah semata. Sufi adalah tingkatan dimana manusia sudah tidak lagi memikirkan tujuan dunia melainkan tujuan hanya kepada Allah, inilah bentuk kedekatan dan peleburan “diri” dengan Allah. Baca Juga : Wahdatul-adyan

Katakanlah: 
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An-aam6:162).Wallahu a'lam


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d