KRITIK KONSTRUKTIF JADIKAN MANFAAT KRITIK KONSTRUKTIF JADIKAN MANFAAT - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

KRITIK KONSTRUKTIF JADIKAN MANFAAT

Mengkritik bisa dilakukan oleh siapa saja. Bahkan, banyak orang yang memiliki kebiasaan suka mengkritik. Sebagai contoh, kritik tentang situasi nasional acap kali dilontarkan oleh rakyat jelata atau  masyarakat yang berada di luar lingkaran kekuasaan. Aktivitas melontarkan kritik lebih mudah dilakukan dari pada memberi masukkan dan membuat program aplikatif.
Setiap orang tentu akan mendapatkan kritik dari orang lain. Apabila tanggung jawab yang diberikan atasan tidak selesai atau hasilnya di luar harapan, atasan akan serta-merta mengkritik hasil pekerjaan bawahan. Atasan tidak pernah peduli terhadap apa yang telah dilakukan bawahan dalam mengerjakan tanggung jawab tersebut. Atasan hanya menuntut dua hal, yaitu pekerjaan selesai dan hasilnya baik. Begitulah gambaran dunia kerja yang menuntut profesionalisme tinggi.
Bagi anda yang menghendaki menjadi orang nomor satu dan terbaik dilingkungan pekerjaan, ada baiknya menerima kritik dari atasan atau kolega dengan hati lapang. Kritik dari pihak lain terkadang dapat memicu seseorang untuk lebih kreatif dan produktif. Itulah yang disebut dengan kritik konstruktif. Jadi, anda perlu menjadikan kritik sebagai pijakan untuk berkembang.
Kritik dari orang lain bukan tidak mungkin ada yang jelek atau bahkan mendiskreditkan diri anda sebagai pribadi. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa ada kritik yang konstruktif. Kritik seperti ini dilontarkan oleh orang lain semata-mata mengomentari hasil karya anda. Kritik inilah yang dapat dijadikan modal untuk semakin produktif.
Kritik konstruktif dari orang lain memiliki nilai penting. Individu yang menerima kritik konstruktif akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai alat berharga dalam proses pembelajaran. Kritik harus dilihat sebagai kesempatan untuk mengetahui daerah di mana anda dapat meningkatkan kualitas serta mengumpulkan ide yang berhubungan dengan cara anda mewujudkan sesuatu. Hal ini bukan  berarti anda harus menggunakan semua ataupun salah satu ide yang diterima. Hanya saja, sesuatu dalam proses diskusi mungkin akan membantu anda menemukan metode-metode sendiri untuk mengubah situasi menjadi lebih baik.
Menggunakan kekuatan kritik dari orang lain untuk meningkatkan kapasitas diri adalah hal yang wajar dan seharusnya dilakukan. Anda tidak perlu kecewa terhadap diri sendiri ataupun orang lain atas kritik yang disampaikan. Anda tidak perlu pula merasa inferior, rendah diri, menyesal, atau berprasangka negatif lainnya. Terimalah kritik konstruktif dari kolega atau rekan kerja sebagai pemacu semangat menuju masa depan gemilang. Kritik konstruktif biasanya memiliki kualitas tertentu yang mendorong seseorang berbuat semakin efektif, produktif, serta penuh solusi. SEBELUM TIDUR UPAYAKAN MENDISIPLIKAN DIRI SENDIRI


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d