Di wilayah timur Eropa, kerajaan Islam yang lain, Seljuk dan kemudian Ottoman, terus berupaya menaklukkan Konstantinopel. Baru pada abad ke-16, kerajaan Ottoman berhasil menumbangkan kekaisaran Romawi dan dari sana meluaskan invasinya ke wilayah-wilayah penting Eropa. Pasukan Ottoman sempat mengepung Austria, tapi kemudian berhasil dikalahkan dan dipukul mundur hingga ke Balkan. Lebih dari 300 tahun, Islam menguasai Eropa Timur.
Perang Salib adalah upaya membendung kekuatan Islam yang hampir masuk Prancis. Kalau saja tidak ada Charles Martel, seluruh Eropa mungkin menjadi kawasan Islam. Perwira-perwira Salib adalah penerus perjuangan Martel. Mereka ingin mengusir kekuatan Muslim dari tanah Eropa dan menguasai tanah-tanah Kristen yang dirampas pasukan Muslim, termasuk Jerussalem. Perang Salib berakhir dengan kemenangan di kedua belah pihak. Islam mampu mempertahankan Jerussalem, sementara tentara Salib berhasil menahan pasukan Muslim menguasai Eropa.
Di India, benih-benih Islamofobia juga berakar kurang-lebih sama: invasi Islam ke negeri itu. Kerajaan Islam Mughal menguasai India hampir 400 tahun. Bangsa India kemudian terpecah dua, menjadi India dan Pakistan (kemudian terpecah lagi menjadi Bangladesh). Partisi ini tak menyelesaikan masalah. Kaum Muslim India yang jumlahnya hampir sama dengan Muslim Pakistan, tak bisa ke mana-mana. Mereka terperangkap, menjadi minoritas besar di tengah dominasi Hindu. Baca Juga : Bahasa-tertua
BJP, partai penguasa India, sejak awal ingin menghidupkan sentimen Hindu. Mereka adalah orang-orang yang kecewa karena konstitusi India tidak mengadopsi Hindu, tapi malah menjadi negara sekuler. Sejak berkuasa, agenda BJP adalah menjadikan India negara Hindu. Kebencian terhadap Islam adalah bagian dari semangat Hindu yang tengah menyala di negeri itu.
Islamofobia tak muncul begitu saja. Benihnya sudah ada, jauh sebelum negara-negara modern lahir. By Luthfi Assyaukanie
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....