Sejumlah jenderal aktif di kesatuan TNI dan Kepolisian RI dikabarkan akan mengikuti Pilkada Serentak 2018. Setidaknya ada lima jenderal yang sudah siap berlaga di ajang lima tahunan tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, mengatakan majunya para jenderal aktif itu merupakan fenomena baru di Indonesia. Sebab, menurut dia, selama ini yang maju dalam Pilkada merupakan para jenderal yang sudah pensiun.
“Saat ini partai gagal melakukan kaderisasi, maka menunjuk jenderal aktif yang punya jiwa kepemimpinan dan jaringan.”
Fenomena tersebut mengkhawatirkan. Sebab, dikhawatirkan terjadi kecurangan dalam pilkada akan lebih merajalela dengan fenomena tersebut. Misalnya munculnya penekanan di daerah-daerah untuk memilih calon tertentu atau tidak dilanjutkannya sengketa pemilihan dari Badan Pengawas Pemilihan Umum oleh Polri.
Semua itu, bisa terjadi karena berpihaknya Polri dan TNI untuk memenangkan bekas prajuritnya dalam Pilkada. “Orientasi partai saat ini hanya kemenangan dan keuntungan saja. Ditambah memegang Polri dan TNI, maka akan lebih marak terjadi politik transaksional,” kata Siti.
Direktur Lembaga Monitor Indonesia Ali Rif’an mengatakan kondisi politik saat ini berbeda dengan kondisi di zaman orde baru.
Saat ini perwira tinggi dari TNI maupun Polri yang ikut dalam kacah perpolitikan memiliki potensi yang sama dengan sipil.
“Gigi politiknya tidak seperti zaman orde baru. Orde baru perwira maju, sudah selesai semua, sekarang biasa saja, kalau dilihat secara umum.”
Beberapa jenderal yang dikabarkan akan maju dalam Pilkada Serentak 2018 antara lain Kepala Korps Brimob Polri, Inspektur Jenderal Murad Ismail di Pilkada Provinsi Maluku, Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Inspektur Jenderal Safaruddin, yang akan maju sebagai Calon Gubernur Kalimantan Timur, Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri, Inspektur Jenderal Anton Charliyan untuk pemilihan Gubernur Jawa Barat, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw, yang akan maju dalam pemilihan Gubernur Papua, dan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat TNI, Letnan Jenderal Edy Rahmayadi, yang akan ikut dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara.
Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian meminta jenderal yang ikut dalam pilkada untuk segera mengundurkan diri lebih awal sebelum penetapan pasangan calon. “Supaya tidak terjadi konflik kepentingan.” Sumber media net.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto juga menjamin TNI netral meski ada jenderal yang maju. “Netralitas TNI di atas segalanya.” Sumber media net.
Seperti yang kita sama-sama ketahui beberapa bulan belakangan ini, kampanye pemilihan gubernur sedang marak-maraknya dilakukan. Setiap calon gubernur beserta partai politiknya masing-masing mempunyai cara sendiri untuk "mempromosikan" diri agar kelak dipilih oleh rakyat.
Gubernur adalah pemimpin rakyat dan mengatur segala hal berkaitan dengan daerah yang dipimpinnya. Karenanya sebagai rakyat Anda perlu dengan cermat dan objektif memilih pemimpin yang dapat membawa rakyat daerah ke arah yang lebih baik. Namun mencari dan menemukan sosok gubernur 'idaman' bukanlah perkara mudah. Segala macam kampanye, promosi, rencana atau janji-janji dari calon gubernur tidak bisa jadi jaminan calon gubernur tersebut layak dan pantas menjadi pemimpin impian rakyat.
Banyak calon pemimpin yang senang mengumbar janji-janji manis untuk mendapat simpati rakyat, namun seringkali setelah terpilih mereka segera melupakan janji tersebut. Meskipun tidak semua tentu demikian. Oleh sebab itu, sebagai rakyat kita harus pandai, cermat dan bijaksana agar kita tidak salah dalam memilih pemimpin kita.
Setiap orang pasti memiliki kriteria calon gubernur idamannya masing-masing. Bagaimana dengan Anda? Seperti apa sosok gubernur pilihan Anda?
"Yang pasti, ia harus bisa mencintai dan dicintai rakyat. Caranya, ya harus dapat mencuri hati rakyat. Tidak cuma itu, pemimpin tersebut harus benar-benar memedulikan kesejahteraan rakyatnya. Ada beberapa aspek yang harus dimiliki calon gubernur agar dicintai rakyatnya, yang pertama dia harus beriman, tidak memandang keyakinan dan agama yang dianutnya dalam memimpin masyarakat yang penuh keberagaman. Ia juga harus merakyat, artinya meski seorang pemimpin, dia tidak malu dan mudah berbaur dengan rakyat, peduli apa yang dialami oleh rakyat, sederhana meskipun berkelimpahan, tegas namun tetap berhati nurani. Yang terakhir, seorang pemimpin yang jujur dan tentunya akan jauh dari korupsi. Berusaha berkata apa adanya tidak melebih-lebihkan. Mungkin itulah tiga kriteria gubernur impian saya."
"Gubernur impian rakyat adalah orang yang konsisten terhadap janji kampanye dan praktik kerjanya. Ia dapat mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya di atas segalanya. Pemimpin yang baik harus mau menerima segala masukan, kritikan bahkan keluhan-keluhan rakyatnya. Dibutuhkan sosok pemimpin yang dapat membebaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan, kejahatan dan kehidupan yang tidak layak. Tidak perlu banyak iming-iming kosong, kita hanya perlu bukti. Seorang pemimpin harus bisa mempertanggung jawabkan segala perkataannya."
"Saya mengharapkan agar kelak pemimpin atau gubernur kita adalah sosok yang berakhlak budi pekerti, tegas, jujur terhadap rakyat. Ia juga harus menjadi pribadi jujur terhadap dirinya sendiri, negara dan rakyatnya. Sosok yang berani mengambil keputusan dan bertindak, berani menerima konsekuensi segala perbuatannya, adil, cerdas, berpengetahuan luas, sederhana, terbuka, memiliki kepribadian yang menyenangkan, humoris namun tetap pada batasnya, bijaksana, mempunyai program kerja yang dapat mengubah keadaan rakyat dan lingkungan menjadi baik dan terarah. Terakhir, ia juga memiliki visi memajukan negara dan daerah yang dipimpinnya".
Itulah kriteria sosok Gebernur pilihan mereka. Bagaimanakah dengan Anda?...Sumber Media Net. BACA : Menjaga-mental-agar-tetap-stabil
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....