MENGENALI LIMA TANDA BUDAYA PERUSAHAAN YANG BURUK MENGENALI LIMA TANDA BUDAYA PERUSAHAAN YANG BURUK - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

MENGENALI LIMA TANDA BUDAYA PERUSAHAAN YANG BURUK

Perusahaan sebagai tempat bekerja dan meniti karir memang memiliki peran yang sangat penting bagi semua orang yang berada di dalamnya. 
Tidak hanya bagi pemilik dan investor perusahaan namun hal ini seharusnya juga berlaku bagi para karyawan. Namun sayangnya tidak semua orang bisa merasakan kenyamanan bekerja di sebuah perusahaan.
Tentu saja jika hal ini banyak menimpa karyawan. Penyebabnya adalah adanya sistem atau budaya perusahaan yang kurang baik atau buruk. 
Sebagai pemilik atau pemimpin perusahaan, maka Anda seharusnya segera bertindak jika mendapati budaya perusahaan yang buruk itu. Lalu seperti apakah tanda-tanda budaya perusahaan yang buruk? Berikut ulasannya.
1. Masalah Komunikasi

Tanda pertama budaya perusahaan yang buruk adalah komunikasi yang disfungsional. Komunikasi yang buruk ini bisa berupa komunikasi tidak langsung (mengirim pesan melalui orang lain) dan munculnya informasi menyesatkan atau karyawan yang tidak bisa mengambil keputusannya sendiri. Komunikasi memang sangat vital perannya dalam sebuah perusahaan.

Tanpa adanya komunikasi yang baik, maka perusahaan sangat rawan untuk rusak dan jatuh. Maka dari itu sebagai pemilik atau pemimpin perusahaan seharusnya Anda selalu menjaga komunkasi antar seluruh karyawan dan divisi atau bahkan dengan para pelanggan.
>

2. Inkonsistensi Kebijakan

Sebuah keputusan atau kebijakan yang telah disepakati bersama atau atas inisitaif pemilik perusahaan memang harus dijalankan dengan penuh konsistensi. Perusahaan yang menjalankan kebijakan yang konsisten dengan apa yang dibicarakan sedari awal memang akan membuat karyawannya betah dan mendapatkan keyakinan.

Namun jika inkonsistensi yang terjadi, maka hal ini akan sangat mungkin menimbulkan kekacauan dan ketidakpercayaan dari banyak pihak termasuk pelanggan. 

">Kebijakan yang berubah-ubah secara tidak langsung memang akan membuat budaya perusahaan jadi hancur dan jika terjadi cukup lama maka citra perusahaan pun menurun.

3. Pemimpin yang Merasa Paling Benar Dan Hebat

Pemimpin perusahaan memang memegang peran yang sangat penting bagi keberlangsungan sebuah bisnis. Maka dari itu sebuah perusahaan yang memiliki budaya yang baik biasanya juga dibarengi dengan adanya pemimpin yang baik pula, dan sebaliknya. 

Lalu seperti apakah pemimpin yang baik itu? Memang banyak indikator yang bisa menjadi karakter pemimpin yang baik. Namun jika dikaitkan dengan tanda budaya perusahaan yang buruk, maka hal ini akan didapati pada perusahaan dengan pemimpin yang merasa paling benar dan hebat.

Saat pemimpin merasa paling benar dan paling hebat, ia hanya akan peduli dengan diri sendiri. Pemimpin seperti ini umumnya berkomunikasi dengan gaya dan nada merendahkan orang lain. Mereka mengambil keberhasilan orang lain dan memanipulasi untuk menunjukkan bahwa merekalah yang terbaik.

Ia merasa lebih layak untuk memperoleh perlakuan khusus. Biasanya pemimpin seperti ini akan dibenci oleh banyak karyawannya. Dan saat kepercayaan para pekerja luntur pada pemimpin, saat itulah budaya perusahaan luntur dan hancur.

4. Konflik Dan Keluhan yang Tidak Sehat
Interaksi antar karyawan dan divisi memang tak jarang bisa menimbulkan gesekan, keluhan hingga perselisihan. Namun jika hal ini terjadi berulang-ulang kali, maka Anda harus wasapada. 

Ini artinya ada yang tidak beres dengan sistem atau budaya perusahaan Anda. Hal terkecil dari konflik, perselisihan hingga perpecahan dalam perusahaan ini biasanya diawali dari keluhan dan pembicaraan atau gosip yang tidak sedap.

Dari sini kemudian akan muncul sarkasme dan sinisme entah antar karyawan atau karyawan dengan lingkungan atasan. 
Maka dari itu saat konflik dan keluhan sebagai tanda budaya perusahaan yang buruk ini didapati, Anda harus segera bertindak dan membereskan keadaaan tersebut jika tak mau perusahaan Anda rusak dan hancur.

5. Munculnya Gangguan Kesehatan Fisik Dan Emosional
Terakhir, tanda budaya perusahaan yang buruk adalah munculnya gangguan kesehatan fisik dan emosional. 
Amatilah para karyawan Anda, apakah diantara mereka banyak yang mengalami gangguan kesehatan fisik dan emosional. Jika iya, maka hati-hatilah, bisa jadi ada yang tidak beres dengan lingkungan dan budaya pada perusahaaan Anda.

Sebagian besar waktu  yang dihabiskan di kantor dengan segala beban kerja dan masalah yang ada memang sedikit banyak akan memicu dan berdampak pada kesehatan fisik dan emosi. 

Apalagi jika hal ini ditambah dengan empat faktor diatas, tentu saja karyawan bahkan Anda sendiri sebagai pemilik perusahaan akan mengalami gangguan kesehatan psikis ataupun ruhani. 

Maka dari itu saat mendapatinya, Anda sebagai pemimpin perusahaan harus segera bertindak dan memperbaikinya. Baca juga Jangan-biarkan-depresi-merusak-bisnis


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d