ENAM CARA BERFIKIR KREATIF ENAM CARA BERFIKIR KREATIF - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

ENAM CARA BERFIKIR KREATIF

Berfikir kreatif berarti menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan apa saja. Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan dan menguatkan kemampuan kita dalam berfikir kreatif, yaitu :
  1. Percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan. Jika Kita percaya sesuatu dapat dilakukan, fikiran Kita akan mencarai cara untuk melakukannya. 
  2. Jangan biarkan tradisi melumpuhkan fikiran Kita. Bersikaplah menerima gagasan baru, lakukan eksperimen, coba pendekatan baru dan bersikaplah progresif dalam semua yang Kita kerjakan. 
  3. Bertanyalah kepada diri sendiri setiap hari, "Bagaimana Saya dapat bekerja dengan lebih baik ?”
  4. Bagaimana Saya dapat bekerja dengan lebih banyak ?”. Kapasitas adalah  keadaan fikiran. 
  5. Praktekkan bertanya dan mendengarkan. Jika ini Kita lakukan maka Kita  akan mendapatkan bahan mentah untuk mencapai keputusan yang tepat. Ingat : ”Orang besar memonopoli kegiatan mendengarkan, Orang kecil memonopoli berbicara”. 
  6. Bentangkan fikiran Kita. Dapatkan stimulasi melalui bergaul dengan orang yang dapat membantu Kita memikirkan gagasan baru. Berbaurlah dengan orang dari minat pekerjaan dan sosial yang berbeda. Anda adalah apa yang anda fikirkan mengenai diri anda ”Cara Anda berfikir menentukan bagaimana Anda bertindak. Cara Anda bertindak pada gilirannya menentukan bagaimana orang lain bereaksi terhadap Anda. Ada sebuah kisah yang sering disampaikan mengenai sikap tiga orang tukang  batu terhadap pekerjaan. 
Ketika ditanya, “Apa yang sedang Anda kerjakan ?”. Tukang batu pertama menjawab, “Menyusun bata”. Yang kedua menjawab, “Menghasilkan enam ratus rupiah perjam”. Dan yang ketiga berkata, “Saya ?  Saya sedang membangun katedral terbesar di dunia”. Akhir dari cerita ini, hampir bisa dipastikan tukang batu pertama akan  tetap menjadi tukang batu. Tetapi tukang batu ketiga, dia bisa saja menjadi  mandor, kontraktor besar, arsitek ternama dll. Ia terus bergerak ke atas, karena berfikir memang membuatnya begitu. Ia mendengarkan saluran fikiran yang menunjukkan cara untuk mengembangkan diri di dalam pekerjaannya. Baca juga Betindak-lokal-berfkir-global

Mengubah kekalahan menjadi kemenangan Kita dapat mengubah kemunduran menjadi kemenangan. Cari pelajarannya,  terapkan, kemudian ingat kembali kekalahan itu dan tersenyumlah. Kekalahan hanyalah keadaan fikiran, tidak lebih. Yang penting adalah, katakan pada  diri Kita, “Pasti ada jalan”. Semua fikiran bersifat magnetis. Kalau kita  berfikir positif, maka fikiran positif akan dengan gencar menyerbu masuk kedalam benak Kita untuk membantu memecahkan masalah yang kita hadapi. Ada sisi baik dalam setiap situasi, dan ketika kita menemukan sisi baik tersebut, Kita otomatis menolak kekalahan dan rasa frustasi. Baca juga Cara-menjadi-pemimpin-yang-baik


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d