SEORANG PEKERJA PROFESIONAL HARUS SENANTIASA SIAP SEDIA MENGHADAPI SEGALA KEADAAN SEORANG PEKERJA PROFESIONAL HARUS SENANTIASA SIAP SEDIA MENGHADAPI SEGALA KEADAAN - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

SEORANG PEKERJA PROFESIONAL HARUS SENANTIASA SIAP SEDIA MENGHADAPI SEGALA KEADAAN

Berani bertanggung jawab dalam segala situasi
Seorang pekerja professional yang berintegritas sudah seharusnya memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dalam situasi apapun. Seorang pekerja yang memiliki rasa tanggungjawab berarti memperhatikan hal-hal penting di sekitar lingkungan pekerjaannya. Memiliki rasa tanggungjawab akan membuatnya tampil lebih dewasa sekaligus terhindar dari krisis integritas. Oleh sebab itu, memiliki sikap tanggungjawab termasuk salah satu ciri seorang yang teguh pendirian dan berkomitmen.

Disadari atau tidak, seorang yang takut bertanggungjawab akan tuntutan profesinya kemungkinan besar belum memiliki komitmen terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Bertanggungjawab di dalam segala situasi dan kondisi menunjukkan bahwa seseorang berani menanggung resiko atau konsekuensi yang akan terjadi. Rasa tanggungjawab yang dilakukan secara sadar dan berani akan mengantarkan seseorang yang melakukannya menjadi pemimpin bijaksana.

Perlu dipahami oleh setiap pekerja bahwa lari dari tanggungjawab merupakan sikap kekanak-kanakan dan dapat menjatuhkan identitas yang telah dibangun. Seorang pekerja professional harus senantiasa siap sedia menghadapi segala keadaan. Bagi seseorang yang berani bertanggungjawab, ia akan menghadapi kenyataan yang ada dengan tenang tanpa sedikitpun menjadikannya sebagai beban.

Seseorang yang melarikan diri dari tanggungjawab dapat disamakan dengan pengecut atau pecundang. Artinya, orang tersebut hanya siap sedia dalam situasi zona aman. Padahal, jika seorang pekerja telah teguh pendirian dengan satu prinsip yang dapat menopang integritas, ia akan maju menghadapi segala tantangan. Sebaliknya, bilamana seorang pekerja lari dari tanggungjawab, ia selamanya akan menjadi pengecut bagi dirinya sendiri. Sebab, ia telah memilih untuk membatasi ruang geraknya sendiri.

Seorang pekerja bermental pengecut pada hakikatnya tidak bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajibannya. Ia sama sekali tidak memiliki keberanian. Sebab, seseorang yang bersikap berani berbuat berarti siap mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal tersebut merupakan sikap sejati seorang kesatria sekaligus pekerja bermental juara. Seseorang yang bermental juara dan kesatria tentu saja memiliki etos kerja tinggi.

Anda harus mulai belajar bertanggungjawab atas berbagai hal, setidaknya terhadap diri sendiri, misalnya sebagai karyawan atau pekerja. Sebab, patut anda ketahui bahwa berkembangnya rasa tanggungjawab di dalam diri akan menanamkan jiwa yang penuh dengan inisiatif dan inspirasi.

Sebaliknya, di dalam diri anda akan muncul perasaan bersalah dan cemas akibat kurang memiliki rasa tanggungjawab serta tidak diberi kesempatan untuk mandiri. Pengalaman dari lingkungan akan menjadikan anda memiliki rasa percaya terhadap dunia, hidup mandiri, penuh inisiatif, serta siap meghadapi situasi dan kondisi apapun. Hal-hal inilah yang merupakan esensi mental juara, sikap kesatria, serta karakter pemberani dalam mengambil sebuah tanggungjawab.

Seseorang yang memiliki mental juara, sikap kesatria, serta berani bertanggungjawab tidak akan pernah mundur, entah dalam menghadapi situasi apapun ataupun berhadapan dengan siapapun. Hal tersebut bisa terjadi melalui proses yang cukup panjang serta membutuhkan beberapa hal lain, seperti pikiran dan sikap positif. Berkat pikiran dan sikap positif inilah etos kerja seseorang bisa menjadi semakin baik. Etos kerja yang tinggi dan baik niscaya lebih mudah lahir di dalam diri seorang pekerja bermental juara dan berani bertanggungjawab dalam menghadapi beragam situasi dan kondisi.

Lantas bagaimana mulai melatih rasa tanggungjawab tersebut di dalam diri anda ? caranya sangat mudah saja, caranya yaitu ciptakan pikiran positif anda terlebih dahulu. Katakana bahwa anda bisa dan sanggup melakukan apapun serta menaklukan situasi dan kondisi sulit sekalipun. Walaupun tengah meghadapi suatu pekerjaanyang sangat sulit, jangan pernah anda mengatakan tidak mampu menyelesaikan taggungjawab tersebut. Sebaliknya, hal yang anda lakukan ialah meyakinkan diri sendiri bahwa pekerjaan hal yang sulit tersebut dapat anda tangani dengan penuh tanggungjawab.

Dalam menunaikan tanggungjawab, anda tidak boleh merasa ragu atau bahkan takut gagal. Anda harus mampu menyakinkan diri mampu menyelesaikan setiap tanggungjawab yang dibebankan. Namun demikian, hal itu bukan berarti anda tidak boleh meminta bantuan kepada rekan-rekan kerja yang lebih memahami. Anda dapat meminta bantuan mereka dengan kesadaran dan penerimaan bahwa anda kurang menguasai tugas yang saat ini tengah dihadapi.

Ketika berani mengambil tanggungjawab yang sebenarnya sukar untuk dituntaskan, anda sudah berhasil mewujudkan mental juara di dalam diri. Dengan demikian, anda telah memiliki etos kerja yang tinggi. Mental juara ang ditopang dengan etos kerja tinggi tentu saja akan meningkatkan kreativitas dan produktifitas anda dalam bekerja. Maka, anda berhak mendapatkan jalan terbaik untuk mencapai impian dan cita-cita yang berhubungan dengan karier. BACA : Cara-mengasah-potensi


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d