CERDAS MENGELOLA EMOSI CERDAS MENGELOLA EMOSI - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

CERDAS MENGELOLA EMOSI

Integritas, kredibilitas, dan prestasi kerja akan berjalan sebagaimana diharapkan apabila seseorang yang menjalankannya memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi. Patut diingat bahwa integritas dan kredibilitas seorang pekerja memang harus tinggi. Namun, jika hal tersebut tidak diiringi kecerdasan mengelola emosi maka akan berdampak kurang baik terhadap tugas-tugas yang sedang dikerjakan.

Sebagai seorang pekerja yang juga memiliki kehidupan diluar idang karier, anda tentu akan mengalami persoalan-persoalan yang tidak disangka-sangaka. Jika seorang pekerja mengalami masalah di luar tempat kerja dan ia tidak cerdas mengelola emosi, persoalan yang dialami sangat mungkin akan dibawa ke lingkungan pekerjaan. Karena itulah sangat penting bagi setiap pekerja professional untuk memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi.

Menurut Daniel Goleman, emosi berkaitan erat dengan perasaan atau pikiran seseorang. Kejadian-kejadian biologis, psikolois, dan sosiologis tentu menuntut setiap pribadi pekerja untuk lebih cerdas mengelola emosi. Imam Afandi mendefinisikan emosi sebagai satu perasaan yang tidak terpisahkan dengan perubahan fisiologis dan berbagai jenis pikiran. Jadi, emosi merupakan bagian terpenting di dalam diri manusia untuk dikelola dengan baik. Pengetahuan dan skill yang dimiliki seseorang akan berfungsi dengan baik jika ia mampu mengelola emosinya secara cerdas.

Pentingnya mengelola emosi di tempat kerja adalah untuk menstabilkan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan, menumbuhkan kerja sama yang baik antarkaryawan, serta demi mewujudkan keharmonisan dalam lingkungan pekerjaan. Alasan tersebut merujuk pada kekuatan emosi yang dapat menggerakkan seseorang untuk bekerja dengan baik atau justru tidak bekerja sama sekali.

Emosi ibarat virus yang dapat menyebar dari satu orang ke pribadi-pribadi lain di dalam satu lingkungan tertentu. Memiliki konrol emosi yang baik akan menghadirkan keseimbangan apabila ada diantara pekerja yang tiba-tiba bersikap emosional. Jika anda mengumbar emosi di tempat kerja dan tidak dapat menahanya, emosi tersebut bisa memancing reaksi serupa dari orang-orang di sekitar anda. Boleh jadi anda tidak menyadari sedang memperlihatkan emosi. Padahal, hal itu tercermin dari ekspresi wajah atau bahasa tubuh anda. Emosi-emosi yang tidak disadari bisa mempengaruhi pemikiran dan prilaku.

Dengan demikian, sangat tepat jika persoalan megelola emosi termasuk bagian urgen dari mencirikan hidup dengan kesempurnaan. Artinya, ketika anda telah mampu membangun emosi yang baik, maka citra diri akan meningkat. Namun demikian, anda tetap menjadi diri sendiri yang sejati. Cerdas mengelola emosi dimaksudkan untuk menumbuhkan kecerdasan emosional di dalam diri anda. Fungsinya ialah supaya anda mantap menjadi pekerja professional yang bermental juara sekaligus berjiwa wirausaha. Sehingga anda mudah mencapai puncak kesuksesan karier di masa mendatang.

Imam Afandi menyatakan bahwa kecerdasan emosi seseorang adalah sebuah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, serta menata perasaan diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosi juga dapat diartikan sebagai kemampuan mental yang membantu mengandalikan dan memahami perasaan-perasaan pribadi dan orang lain. Atas dasar itulah, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi beberapa komponen penting di dalam diri anda. Komponen itulah yang dapat menentukan integritas anda hari ini dan akan mengantarkan pada posisi lebih baik dimasa depan.
Kecerdasan emosional seorang pekerja memberikan pengaruh signifikan terhadap lingkungan. Hal-hal yang dapat memberikan pengaruh antara lain kinerja, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta hubungan antarsesama.

Lebih lanjut, seseorang yang cerdas secara emosi akan mampu mengenali keadaan emosional diri sendiri dan orang lain. Dampaknya, ia lebih mudah menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, jika memiliki kecerdasan emosional yang baik, anda akan mampu berkomunukasi secara efektif, membentuk hubungan yang lebih kuat dengan orang sekitar, serta lebih mudah mencapai sukses. Selain itu, anda akan mampu mengatasi persoalan dengan baik, tanggap dalam menyikapi sesuatu, dan tentu saja berpeluang meniti jenjang karier lebih tinggi.

Anda perlu cerdas dalam memahami emosi diri sendiri dan orang-orang sekitar. Anda juga harus menguasi cara mengelola kecerdasan emosional sebagaimana telah disebutkan. Pada dasarnya, kecerdasan emosional memiliki banyak pengertian dan tentu saja ada beberapa perbedaan pendapat diantara para pakar psikologi. Akan tetapi, anda cukup focus terhadap sesuatu yang diyakini.  

“Kecerdasan emosi, melebihi faktor-faktor lain, melebihi IQ atau keahlian, memiliki peran sebesar 85%-90% dari kesuksesan seseorang. IQ memang merupakan awal dari kompetensi. Kamu membutuhkannya, tetapi IQ tidak akan membuatmu menjadi bintang. Kecerdasan emosi lah yang dapat menuntunmu mencapai kesuksesan.”

– Warren Bennis

Menyedihkan. Begitulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan berita-berita utama yang ditayangkan oleh media massa. Pasti masih segar dalam ingatan mengenai kasus penganiayaan pelajar di Bantul, Yogyakarta. 


Mungkin kamu masih bertanya-tanya bagaimana bisa sekelompok pelajar menganiaya temannya dengan begitu sadis hanya gara-gara masalah tato Hello Kitty. Juga mengenai kasus mahasiswa Unas yang bunuh diri karena depresi dengan banyaknya tugas ujian dan belum melunasi biaya kuliahnya. Bagaimana ia bisa nekat mengakhiri hidupnya?



Pada kasus yang pertama, dapat dikatakan bahwa para pelaku penganiayaan tidak memiliki rasa empati. Kata empati berasal dari bahasa Yunani empatheia yang artinya “ikut merasakan”. Dengan kata lain, empati merupakan suatu kemampuan untuk memahami pengalaman subjektif orang lain. 



Pelaku kejahatan dan penganiayaan sadis tidak memiliki rasa empati, sehingga mereka menyiksa korbannya dengan begitu kejam. Kasus yang kedua, mahasiswa tersebut cenderung mengambil emotional-focus coping atau penyelesaian masalah secara emosional. Keputusan bunuh diri nya pun merupakan suatu keputusan emosinal. Idealnya, seseorang dapat bertindak berdasarkan problem-focus coping¸ yaitu berfokus untuk mencari solusi untuk permasalahan hidupnya.



Dari kedua kasus tersebut dapat diambil dua hal: empati dan coping atau cara seseorang menghadapi permasalahan hidupnya. Mengapa tiap orang dapat memiliki kadar empati dan strategi coping  yang berbeda? Faktor kunci dalam perbedaan tersebut adalah kecerdasan emosi. Apakah sesungguhnya kecerdasan emosi itu? Seberapa penting peran kecerdasan emosi dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita kenali lebih lanjut mengenai kecerdasan emosi ini.


Untuk dapat lebih memahami mengenai kecerdasan emosi, kita harus menyelami ciri-ciri orang dengan kecerdasan emosi yang baik ada lima:
Pertama, orang dengan kecerdasan emosi yang baik dapat mengenali emosi yang dirasakannya.
Kedua, mereka juga dapat mengelola emosinya dengan baik.
Ketiga, mereka dapat memotivasi diri sendiri.
Keempat, mereka dapat mengenali emosi orang lain dengan tepat. 
Kelima, mereka dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan emosi diri, orang lain, dan dalam kelompok. Terdapat dua macam emosi, yaitu emosi positif (gembira, optimis, bersemangat, puas, bersyukur) dan emosi negatif (sedih, marah, takut, gugup, cemas). Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik dapat mengetahui dengan pasti apa yang sedang dirasakannya sehingga ia dapat mengambil tindakan yang tepat. Selain itu, ia pun dapat mengenali emosi orang lain yang kemudian menimbulkan empati.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik sangat cocok untuk menjadi pemimpin. Karena dapat berfokus untuk mencari solusi atas permasalahan dan bukannya terlarut dalam emosi, ia dapat mengambil keputusan yang akurat dan tepat. Di tengah konflik dan tekanan, ia mampu berpikir jernih dan mencairkan suasana tegang. Selain itu, pemimpin dengan kecerdasan emosi yang baik dapat memahami bagaimana perasaan karyawannya.

Bagaimana dengan Sahabat Oto Bemo Beroda Tiga , sudahkah memiliki kecerdasan emosi yang baik?
“Siapa pun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal yang mudah”.
– Aristoteles
Kecerdasan emosi merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dan diubah. Berikut ini beberapa tips untuk meningkatkan kecerdasan emosi5.
1.     Kurangi emosi negatif dalam kehidupan sehari-hari. Cobalah untuk melihat suatu permasalahan secara lebih objektif. Misalnya jika teman tidak membalas SMS, jangan langsung berpikiran bahwa ia sedang menghindari kamu. Sebaiknya carilah pikiran alternatif misalnya teman sedang tidak punya pulsa atau masih tidur.
2.     Kurangi Perasaan Takut akan Penolakan. Cara yang efektif untuk mengelola rasa takut akan penolakan adalah dengan membuat beberapa rencana untuk keadaan yang penting. Misalnya, dalam memilih sekolah kamu sebaiknya memiliki plan A, plan B, dan plan Dengan begitu, kamu dapat memiliki pandangan yang lebih optimis untuk masa depan.
3.     Ingat teknik XYZ untuk mengekspresikan emosi! Kadang kala kita begitu susah untuk mengungkapkan apa yang sesungguhnya kita rasakan. Mungkin juga kamu takut bahwa ungkapan emosi mu akan menyinggung orang lain. Di sisi lain, memendam apa yang dirasakan juga tidak baik karena suatu waktu kita dapat “meledak”. Solusinya adalah dengan menggunakan rumus XYZ yaitu: aku merasa X jika kamu melakukan Y saat Misalnya: Aku merasa kecewa (X) saat kamu terlambat datang (Y) padahal aku sudah datang tepat waktu (Z). Nah, dengan cara ini kamu dapat mengungkapkan perasaanmu tanpa membuat orang lain tersinggung.
4.   Hindari Langsung Berbicara Saat Marah. Saat merasa marah atau kecewa dengan seseorang, sebelum kamu mengatakan atau menanggapi sesuatu sebaiknya kamu menarik nafas panjang sembari menghitung sampai sepuluh. Setelah itu, kamu dapat menanggapi dan bereaksi dengan pikiran yang lebih tenang.
5.   Jangan larut dalam penyesalan, ambil pelajaran. Terkadang tidak semua hal dapat berjalan sesuai keinginan kita. Kegagalan merupakan hal yang kerap ditemui dalam kehidupan. Daripada larut dalam penyesalan dan menyalahkan iri sendiri maupun orang lain, cobalah untuk menanyakan beberapa pertanyaan berikut pada dirimu. “Apa pelajaran yang bisa aku ambil?” “Bagaimana agar aku bisa mengambil hikmah dari kejadian ini?” “Hal apa yang penting dilakukan agar diriku bisa berkembang?”. Dengan beberapa pertanyaan refleksi tersebut, kebijaksanaan diri kita akan mengobati rasa sesal yang ada. MENGASAH KOMPETENSI DAN KETRAMPILAN


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d