Integritas, kredibilitas, dan prestasi kerja
akan berjalan sebagaimana diharapkan apabila seseorang yang menjalankannya
memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi. Patut diingat bahwa integritas dan
kredibilitas seorang pekerja memang harus tinggi. Namun, jika hal tersebut
tidak diiringi kecerdasan mengelola emosi maka akan berdampak kurang baik
terhadap tugas-tugas yang sedang dikerjakan.
Sebagai seorang pekerja yang juga memiliki
kehidupan diluar idang karier, anda tentu akan mengalami persoalan-persoalan
yang tidak disangka-sangaka. Jika seorang pekerja mengalami masalah di luar
tempat kerja dan ia tidak cerdas mengelola emosi, persoalan yang dialami sangat
mungkin akan dibawa ke lingkungan pekerjaan. Karena itulah sangat penting bagi
setiap pekerja professional untuk memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi.
Menurut Daniel Goleman, emosi berkaitan erat
dengan perasaan atau pikiran seseorang. Kejadian-kejadian biologis, psikolois,
dan sosiologis tentu menuntut setiap pribadi pekerja untuk lebih cerdas
mengelola emosi. Imam Afandi mendefinisikan emosi sebagai satu perasaan yang
tidak terpisahkan dengan perubahan fisiologis dan berbagai jenis pikiran. Jadi,
emosi merupakan bagian terpenting di dalam diri manusia untuk dikelola dengan
baik. Pengetahuan dan skill yang dimiliki seseorang akan berfungsi dengan baik
jika ia mampu mengelola emosinya secara cerdas.
Pentingnya mengelola emosi di tempat kerja
adalah untuk menstabilkan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan,
menumbuhkan kerja sama yang baik antarkaryawan, serta demi mewujudkan
keharmonisan dalam lingkungan pekerjaan. Alasan tersebut merujuk pada kekuatan
emosi yang dapat menggerakkan seseorang untuk bekerja dengan baik atau justru
tidak bekerja sama sekali.
Emosi ibarat virus yang dapat menyebar dari
satu orang ke pribadi-pribadi lain di dalam satu lingkungan tertentu. Memiliki
konrol emosi yang baik akan menghadirkan keseimbangan apabila ada diantara
pekerja yang tiba-tiba bersikap emosional. Jika anda mengumbar emosi di tempat
kerja dan tidak dapat menahanya, emosi tersebut bisa memancing reaksi serupa
dari orang-orang di sekitar anda. Boleh jadi anda tidak menyadari sedang
memperlihatkan emosi. Padahal, hal itu tercermin dari ekspresi wajah atau
bahasa tubuh anda. Emosi-emosi yang tidak disadari bisa mempengaruhi pemikiran
dan prilaku.
Dengan demikian, sangat tepat jika persoalan
megelola emosi termasuk bagian urgen dari mencirikan hidup dengan kesempurnaan.
Artinya, ketika anda telah mampu membangun emosi yang baik, maka citra diri
akan meningkat. Namun demikian, anda tetap menjadi diri sendiri yang sejati.
Cerdas mengelola emosi dimaksudkan untuk menumbuhkan kecerdasan emosional di
dalam diri anda. Fungsinya ialah supaya anda mantap menjadi pekerja
professional yang bermental juara sekaligus berjiwa wirausaha. Sehingga anda
mudah mencapai puncak kesuksesan karier di masa mendatang.
Imam Afandi menyatakan bahwa kecerdasan emosi
seseorang adalah sebuah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, serta menata
perasaan diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosi juga dapat diartikan
sebagai kemampuan mental yang membantu mengandalikan dan memahami
perasaan-perasaan pribadi dan orang lain. Atas dasar itulah, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi beberapa komponen penting di
dalam diri anda. Komponen itulah yang dapat menentukan integritas anda hari ini
dan akan mengantarkan pada posisi lebih baik dimasa depan.
Kecerdasan emosional seorang pekerja
memberikan pengaruh signifikan terhadap lingkungan. Hal-hal yang dapat
memberikan pengaruh antara lain kinerja, kesehatan fisik, kesehatan mental,
serta hubungan antarsesama.
Lebih lanjut, seseorang yang cerdas secara
emosi akan mampu mengenali keadaan emosional diri sendiri dan orang lain.
Dampaknya, ia lebih mudah menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, jika memiliki kecerdasan emosional yang baik, anda akan mampu
berkomunukasi secara efektif, membentuk hubungan yang lebih kuat dengan orang
sekitar, serta lebih mudah mencapai sukses. Selain itu, anda akan mampu
mengatasi persoalan dengan baik, tanggap dalam menyikapi sesuatu, dan tentu
saja berpeluang meniti jenjang karier lebih tinggi.
Anda perlu cerdas dalam memahami emosi diri
sendiri dan orang-orang sekitar. Anda juga harus menguasi cara mengelola
kecerdasan emosional sebagaimana telah disebutkan. Pada dasarnya, kecerdasan
emosional memiliki banyak pengertian dan tentu saja ada beberapa perbedaan
pendapat diantara para pakar psikologi. Akan tetapi, anda cukup focus terhadap
sesuatu yang diyakini.
“Kecerdasan emosi, melebihi faktor-faktor lain, melebihi IQ atau keahlian, memiliki peran sebesar 85%-90% dari kesuksesan seseorang. IQ memang merupakan awal dari kompetensi. Kamu membutuhkannya, tetapi IQ tidak akan membuatmu menjadi bintang. Kecerdasan emosi lah yang dapat menuntunmu mencapai kesuksesan.”
“Kecerdasan emosi, melebihi faktor-faktor lain, melebihi IQ atau keahlian, memiliki peran sebesar 85%-90% dari kesuksesan seseorang. IQ memang merupakan awal dari kompetensi. Kamu membutuhkannya, tetapi IQ tidak akan membuatmu menjadi bintang. Kecerdasan emosi lah yang dapat menuntunmu mencapai kesuksesan.”
–
Warren Bennis
Menyedihkan.
Begitulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan berita-berita utama yang
ditayangkan oleh media massa. Pasti masih segar dalam ingatan mengenai kasus penganiayaan pelajar di Bantul, Yogyakarta.
Mungkin kamu masih
bertanya-tanya bagaimana bisa sekelompok pelajar menganiaya temannya dengan
begitu sadis hanya gara-gara masalah tato Hello Kitty. Juga mengenai kasus
mahasiswa Unas yang bunuh diri karena depresi dengan banyaknya tugas ujian dan
belum melunasi biaya kuliahnya. Bagaimana ia bisa nekat mengakhiri hidupnya?
Pada
kasus yang pertama, dapat dikatakan bahwa para pelaku penganiayaan tidak
memiliki rasa empati. Kata empati berasal dari bahasa Yunani empatheia yang
artinya “ikut merasakan”. Dengan kata lain, empati merupakan suatu kemampuan
untuk memahami pengalaman subjektif orang lain.
Pelaku kejahatan dan
penganiayaan sadis tidak memiliki rasa empati, sehingga mereka menyiksa
korbannya dengan begitu kejam. Kasus yang kedua, mahasiswa tersebut cenderung
mengambil emotional-focus coping atau penyelesaian masalah secara emosional.
Keputusan bunuh diri nya pun merupakan suatu keputusan emosinal. Idealnya,
seseorang dapat bertindak berdasarkan problem-focus coping¸ yaitu berfokus
untuk mencari solusi untuk permasalahan hidupnya.
Dari
kedua kasus tersebut dapat diambil dua hal: empati dan coping atau cara
seseorang menghadapi permasalahan hidupnya. Mengapa tiap orang dapat memiliki
kadar empati dan strategi coping yang
berbeda? Faktor kunci dalam perbedaan tersebut adalah kecerdasan emosi. Apakah
sesungguhnya kecerdasan emosi itu? Seberapa penting peran kecerdasan emosi
dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita kenali lebih lanjut mengenai kecerdasan
emosi ini.
Untuk
dapat lebih memahami mengenai kecerdasan emosi, kita harus menyelami ciri-ciri
orang dengan kecerdasan emosi yang baik ada lima:
Pertama,
orang dengan kecerdasan emosi yang baik dapat mengenali emosi yang
dirasakannya.
Kedua,
mereka juga dapat mengelola emosinya dengan baik.
Ketiga,
mereka dapat memotivasi diri sendiri.
Keempat,
mereka dapat mengenali emosi orang lain dengan tepat.
Kelima, mereka
dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Kecerdasan
emosi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan
emosi diri, orang lain, dan dalam kelompok. Terdapat dua macam emosi, yaitu
emosi positif (gembira, optimis, bersemangat, puas, bersyukur) dan emosi
negatif (sedih, marah, takut, gugup, cemas). Orang yang memiliki kecerdasan
emosi yang baik dapat mengetahui dengan pasti apa yang sedang dirasakannya
sehingga ia dapat mengambil tindakan yang tepat. Selain itu, ia pun dapat
mengenali emosi orang lain yang kemudian menimbulkan empati.
Orang
yang memiliki kecerdasan emosi yang baik sangat cocok untuk menjadi pemimpin.
Karena dapat berfokus untuk mencari solusi atas permasalahan dan bukannya
terlarut dalam emosi, ia dapat mengambil keputusan yang akurat dan tepat. Di
tengah konflik dan tekanan, ia mampu berpikir jernih dan mencairkan suasana
tegang. Selain itu, pemimpin dengan kecerdasan emosi yang baik dapat memahami
bagaimana perasaan karyawannya.
Bagaimana dengan Sahabat Oto Bemo Beroda Tiga , sudahkah memiliki kecerdasan emosi yang baik?
Bagaimana dengan Sahabat Oto Bemo Beroda Tiga , sudahkah memiliki kecerdasan emosi yang baik?
“Siapa
pun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan
kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan
cara yang baik, bukanlah hal yang mudah”.
–
Aristoteles
Kecerdasan
emosi merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dan diubah. Berikut ini
beberapa tips untuk meningkatkan kecerdasan emosi5.
1. Kurangi
emosi negatif dalam kehidupan sehari-hari. Cobalah untuk melihat suatu
permasalahan secara lebih objektif. Misalnya jika teman tidak membalas SMS,
jangan langsung berpikiran bahwa ia sedang menghindari kamu. Sebaiknya carilah
pikiran alternatif misalnya teman sedang tidak punya pulsa atau masih tidur.
2. Kurangi
Perasaan Takut akan Penolakan. Cara yang efektif untuk mengelola rasa takut
akan penolakan adalah dengan membuat beberapa rencana untuk keadaan yang
penting. Misalnya, dalam memilih sekolah kamu sebaiknya memiliki plan A, plan
B, dan plan Dengan begitu, kamu dapat memiliki pandangan yang lebih optimis
untuk masa depan.
3. Ingat
teknik XYZ untuk mengekspresikan emosi! Kadang kala kita begitu susah untuk
mengungkapkan apa yang sesungguhnya kita rasakan. Mungkin juga kamu takut bahwa
ungkapan emosi mu akan menyinggung orang lain. Di sisi lain, memendam apa yang
dirasakan juga tidak baik karena suatu waktu kita dapat “meledak”. Solusinya
adalah dengan menggunakan rumus XYZ yaitu: aku merasa X jika kamu melakukan Y
saat Misalnya: Aku merasa kecewa (X) saat kamu terlambat datang (Y) padahal aku
sudah datang tepat waktu (Z). Nah, dengan cara ini kamu dapat mengungkapkan
perasaanmu tanpa membuat orang lain tersinggung.
4. Hindari
Langsung Berbicara Saat Marah. Saat merasa marah atau kecewa dengan seseorang,
sebelum kamu mengatakan atau menanggapi sesuatu sebaiknya kamu menarik nafas
panjang sembari menghitung sampai sepuluh. Setelah itu, kamu dapat menanggapi
dan bereaksi dengan pikiran yang lebih tenang.
5. Jangan
larut dalam penyesalan, ambil pelajaran. Terkadang tidak semua hal dapat
berjalan sesuai keinginan kita. Kegagalan merupakan hal yang kerap ditemui
dalam kehidupan. Daripada larut dalam penyesalan dan menyalahkan iri sendiri
maupun orang lain, cobalah untuk menanyakan beberapa pertanyaan berikut pada
dirimu. “Apa pelajaran yang bisa aku ambil?” “Bagaimana agar aku bisa mengambil
hikmah dari kejadian ini?” “Hal apa yang penting dilakukan agar diriku bisa
berkembang?”. Dengan beberapa pertanyaan refleksi tersebut, kebijaksanaan diri
kita akan mengobati rasa sesal yang ada. MENGASAH KOMPETENSI DAN KETRAMPILAN
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....