DEFINISI WALI ALLAH DALAM KAJIAN TASAWUF DEFINISI WALI ALLAH DALAM KAJIAN TASAWUF - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

DEFINISI WALI ALLAH DALAM KAJIAN TASAWUF

Sebagian dari kita bersikap “lancang” mengukur kesalehan orang lain dengan menjatuhkan vonis kewalian dan ketidakwalian orang lain. Ini jelas bukan tugas utama kita. Kita sering mendengar kata “wali” atau “waliyullah” dalam khazanah keislaman, terutama pada kajian tasawuf. 

Kata ditafsirkan apa saja oleh orang banyak yang umumnya dimaknai sebagai orang yang melekat dengan karamah atau keramat. Abul Qasim Al-Qusyairi dalam karyanya Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah mengangkat pengertian wali. 

Ia menyebut dua kemungkinan kandungan makna kata tersebut. Kata “wali” dapat ditarik ke dalam wazan mubalaghah atau wazan fa’īl dengan makna maf’ūl. فإن قيل  فما معنى الولي قيل يحتمل أمرين: أحدهما أن يكون فعيلاً مبالغة من الفاعل؛ كالعليم، والقدير وغيره، فيكون معناه: من توالت طاعاته من غير تخلل معصية Artinya, “Jika ditanya, ‘Apa makna wali?’ maka jawabnya, ia mempunyai dua kemungkinan. 

Pertama, kata ‘wali’ mengikuti wazan ‘fa‘īl’ sebagai mubalaghah dari fā’il, sejenis makna superlatif (sangat), seperti ‘alīm,’ ‘qadīr,’ dan semisalnya sehingga makna wali adalah orang yang ketaatannya terus menerus tanpa tercederai maksiat,” (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 191). 

Kedua, kata “wali” bisa juga mengikuti wazan “fa‘īl” dengan makna maf‘ūl seperti kata “qatīl” dengan makna “maqtūl” (yang dibunuh) dan kata “jarīh” dengan makna “majrūh” (yang dilukai) sehingga makna wali adalah orang yang dilindungi oleh Allah dengan penjagaan dan pemeliharaan-Nya secara langgeng dan terus menerus. Allah tidak menciptakan baginya kehinaan yang tidak lain kemampuan maksiat. Allah senantiasa memberinya taufiq yang tidak lain kemampuan berbuat ketaatan. Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 196, “Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 191).   

Dari pengertian ini, muncul istilah mahfūzh atau orang yang dilindungi oleh Allah bagi para wali, satu tingkat di bawah ma'shum, sejenis perlindungan bagi para nabi dan rasul. Secara umum para wali Allah dapat dikenali meski tidak mudah dipastikannya. Syekh Zarruq menyebutkan tiga sifat utama para wali Allah. 

Menurutnya, orang yang memiliki tiga sifat ini mungkin wali Allah: ثم الولي يعرف بثلاث: إيثار الحق، والإعراض عن الخلق، والتزام السنة بالصدق  Artinya, “Tetapi waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133). 

Adapun Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam-nya menyatakan bahwa wali Allah lebih sulit dikenali daripada Allah itu sendiri. Wali Allah selalu mengantarkan kita kepada Allah. Sedangkan kewaliannya sendiri sulit diidentifikasi. قال رضي الله عنه سبحان من لم يجعل الدليل على أوليائه إلا من حيث الدليل عليه ولم يوصل إليهم إلا من أراد أن يوصله إليه Artinya, “Mahasuci Allah yang tidak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yang menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yang tidak ‘mempertemukan’ kepada para wali selain orang yang dikehendaki sampai kepada-Nya.” 

Adapun tugas kita di dunia ini memang bukan untuk melakukan sensus mana orang yang dapat disebut sebagai wali atau bukan. Tugas utama kita adalah beribadah kepada Allah dengan tetap menjaga hak-hak muslim lainnya sebagai hamba Allah, termasuk salah satunya husnuzzhan. Banyak dari kita mengikuti atau bahkan menyebarkan rumor terkait penentuan kewalian seseorang. Baca Juga : Jenis-jenis-keramat-para-wali-allah

Sebagian dari kita bersikap “lancang” mengukur kesalehan orang lain dengan menjatuhkan vonis kewalian dan ketidakwalian orang lain. Ini jelas bukan tugas utama kita. Tugas utama kita adalah ibadah kepada Allah (hablun minallāh) dan menjaga hak-hak muslim lainnya dan hak-hak dzimmi (hablun minan nās). Siapapun dia, kita memiliki kewajiban untuk menghormatinya. Wallahu a’lam.[nu.or.id]



Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

CARA MENINGKATKAN PENGGUNAAN WAKTU BEKERJA DENGAN TEPAT

Seorang pekerja tangguh akan mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebab, ia menyadari bahwa waktu adalah organisasi, kekuasaan, ukuran, dan bernilai uang. Pekerja tangguh yang dapat mengatur dan menggunakan waktu dengan baik seperti berhasil menerapkan manajemen waktu. Salah satu cara untuk meningkatkan penggunaan waktu dengan tepat ialah memulai segala kegiatan secara bersamaan dan serempak. Oleh karena itu, anda harus mempunyai kepribadian kuat sebagai modal utama dalam belajar. Pekerja tangguh senantiasa berusaha keras sehingga memiliki kebebasan dalam berekspresi. Dengan demikian, hal tersebut merupakan komponen dasar dari keselarasan antara keinginan dan kebutuhan pandangan mata. Disiplin juga berarti tepat waktu dalam segala hal. Ketika seseorang menuntun dirinya menjadi pekerja yang selalu tepat waktu, maka dengan sendirinya ia telah menunjukkan komitmen dan kesetiaan terhadap perusahaan. Dengan kata lain, ia telah berusaha mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya...

AN NIFARI SANG PENGELANA YANG ENGGAN BICARA

An-Nifari, Sang Pengelana yang Enggan Bicara Ketinggian tokoh sufi dari Irak ini konon melebihi Rumi dan Hallaj. Dia adalah teoritikus sufi sekaligus sastrawan besar. “Ketika kita sudah melakukan sesuatu dengan baik dan bersungguh-sungguh, mengapa harus meributkan penilaian orang lain? Bukankah Ridha-Nya yang kita harapkan?” Nama mistikus ini agak asing di telinga kita. Tidak seperti al-Hallaj, ia seakan kurang begitu terdengar. Padahal dimata para ahli tasawuf, pandangan-pandangan sufistiknya sangat berpengaruh. Terbukti dari banyaknya para sufi sesudahnya yang banyak mengikutinya. Dia adalah An-Nifari, yang telah meninggalkan jejak kesufian yang luar biasa. Dalam memaknai tasawuf, misalnya, ia lebih berhati-hati. Itu sebabnya ia menjadi panutan bagi para sufi yang lain. Nama lengkapnya ialah Muhammad ibnu Abdul Jabbar bin al-Husain an-Nifari. Di dunia sastra klasik Irak, namanya menjulang karena karya-karyanya yang masyhur. Tapi sejarah hidupnya sulit dilacak. Menurut c...

AGAMA DIMASA DEPAN

Agama Dimasa Depan Kehidupan saat ini adalah kehidupan yang serba kompleks, banyak sekali nilai-nilai agama yang dipertaruhkan demi kekuasaan, arogansi mayoritas, dan kepentingan-kepentingan kelompok yang sempit, disamping itu, agama juga punya sebuah tantangan hebat dari realitas yang terjadi saat ini, mampukah agama menjadi solusi terhadap berbagai masalah persoalan ummat manusia saat ini? Persoalan memudarnya kasih sayang diantara sesama manusia, pertikaian antar kelompok, merebaknya kekerasan, merebaknya intoleransi antar agama dan antar golongan, antara mayoritas dan minoritas, tragedi kemanusiaan yang terjadi dimana-mana, pembantaian umat manusia hanya demi ideologi kepentingan kelompok dan kekuasaan seperti yang terjadi di suriah, afganistan, rohingnya, thailand selatan, dll. Ketika agama tidak bisa menyelesaikan semua persoalan-persoalan ini, salahkah ketika agama harus ditinggalkan oleh penganutnya? Dan apa fungsi dan gunanya agama kalau tidak bisa menyelesaik...

KEKUATAN TEKAD MERUPAKAN FAKTOR PENTING MENUJU KESUKSESAN

Kekuatan Tekad Merupakan Faktor Penting Menuju Kesuksesan Menurut anda, apakah yang menjadi faktor penting untuk menuju kesuksesan? Walaupun ada banyak hal lain yang dapat menjadi faktor, saya percaya bahwa faktor penting untuk sukses adalah KEKUATAN TEKAD. Paul Graham, pendiri sebuah startup inkubator di Silicon Valley menulis ini : “Kami mempelajari bahwa prediktor yang paling penting dari kesuksesan adalah tekad. Meskipun faktor lain dapat membantu anda untuk menjadi lebih pintar, namun itu bukanlah faktor penentu. Ada banyak orang secerdas Bill Gates yang bahkan tidak mencapai apa-apa”. Dalam buku The Dip, Seth Godin menulis bahwa ada sebuah tempat di jalan menuju kesuksesan. Dimana anda akan mengalami kemunduran. Ia menyebut tempat itu dengan “lubang”. Ini adalah tempat dimana kekuatan tekad anda dibutuhkan. Banyak orang yang berhenti disana. Namun pemenang pasti dapat melaluinya. Kekuatan tekad dapat membantu anda melewati rintangan dan mengejar impian anda di ...

ABU NASR MUHAMMAD BIN AL FARABI, DEDIKASI TAK MENGENAL LELAH

Abu Nasr Muhammad bin Al-Farabi, Dedikasi Tak Mengenal Lelah Dalam setiap masa, selalu ada orang brilian yang layak di teladani. Dengan segala macam cara dan penemuan baru serta pemikiran cemerlang. Tanpa kenal lelah, mereka telah berusaha semaksimal mungkin untuk berkarya dan memberikan sesuatu yang terbaik bagi kemaslahatan umat manusia. Ini merupakan cara mereka untuk beribadah dan berjuang bagi kepentingan umat. Figur seorang filsuf muslim yang namanya sudah tidak asing dalam dunia Islam. Nama lengkapnya: Abu Nasr  Muhammad bin Tarkhan bin Awzalagh al-Farabi. Dalam teks-teks Latin di abad pertengahan, ia di kenal dengan nama Alfarabius atau Avennasar. Beliau lahir pada tahun 257 H / 870 M, di kampung Wasij di dalam wilayah Farab si seberang Sungai Sihun dan Jihun (Republik Turkistan sekarang). Ayahnya berasal dari Iran dan menjadi tentara kerajaan Samaniah dengan pangkat rendah. Sedangkan ibunya berasal dari daerah Turkistan. Dalam hal pendidikan keluarga, ayahnya san...