KISAH ABU NAWAS DAN PEDAGANG MESIR HUKUM BERDASARKAN MIMPI KISAH ABU NAWAS DAN PEDAGANG MESIR HUKUM BERDASARKAN MIMPI - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

KISAH ABU NAWAS DAN PEDAGANG MESIR HUKUM BERDASARKAN MIMPI

Kisah Abu Nawas dan Pedagang Mesir, Hukum berdasarkan Mimpi
Pada suatu hari, seorang pria asal Mesir datang ke Baghdad. Ia membawa barang dagangan dalam jumlah besar. Maklum ia adalah seorang saudagar. Dalam waktu singkat dagangannya habis terjual di pasar dan ia pun berniat kembali pulang ke negerinya. Tapi berhubung kapal yang ditunggu belum juga datang, ia terpaksa tinggal lebih lama di Baghdad.

Mimpi Menikah
Pada suatu malam ia bermimpi menikah dengan seorang putri anak seorang penghulu Baghdad dengan mahar yang nilainya sangat tinggi. Merebaklah cerita mimpi itu ke segala penjuru hingga sampai terdengar oleh Tuan Hakim.

“Benarkah engkau bermimpi mengawini anak gadisku?” tanya Tuan Hakim setelah ia berhasil menemukan pedagang asal Mesir itu di sebuah penginapan.

“Benar, Tuan Hakim,” jawab si pedagang Mesir.

“Kalau begitu kamu harus membayar mahar untuk anakku,” ujar Tuan Hakim.

“Tapi, Tuan, mana mungkin saya harus membayar mahar, ini ‘kan hanya mimpi,” sergah si pedagang Mesir.

Temui Abu Nawas
kisah-abu-nawasTanpa banyak cingcong, Tuan Hakim itupun merampas semua harta milik si pedagang Mesir tersebut kecuali pakaian yang dikenakannya. Ia kemudian mengusirnya dari tempat itu. Sebagai orang asing, si pedagang itu tidak tahu harus mengadukan musibah yang merundungnya itu kemana dan kepada siapa.

Akhirnya, ia jadi sinting. Ia pun menjadi pengemis untuk makan sehari-hari.

Pada suatu hari ia lewat di depan rumah seorang perempuan tua penjual kopi. Penjual kopi itupun jatuh kasihan melihat kondisi orang Mesir tersebut.

“Hai, engkau dari mana?” tanyanya.

“Aku dari Mesir membawa dagangan kemari. Tetapi semua hartaku habis dirampas oleh Tuan Hakim,” kisahnya.

“Kalau demikian, sebaiknya engkau menemui Abu Nawas, dan ceritakan musibah yang menimpamu itu. Semoga ia bisa membantumu,” ujar si ibu tua.

Singkat cerita pedagang Mesir yang malang itu pun pergi menemui Abu Nawas dan menceritakan kemalangan yang menimpanya dengan nada mengiba. Ketika itu Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya di rumahnya.

Kata Abu Nawas, “Hai, anak muda, bersediakah kamu melaporkan kisahmu ini kepada Sultan Harun Al-Rasyid?”

“Bolehkah aku menceritakan segala sesuatunya secara jujur kepada Sultan?”

“Dimana kamu tinggal, supaya aku mudah mencarimu?’ tanya Abu Nawas lagi.

“Di rumah ibu tua penjual kopi. Dialah yang menampung dan memberiku makan,” ujarnya.

Hancurkan Rumah Tuan Hakim
Begitu pedagang asal Mesir itu pergi, Abu Nawas mengumpulkan muridnya.

“Sekarang kalian semua boleh pulang, tetapi malam nanti kembalilah kemari sambil membawa cangkul, kapak, batu, dan bakul,” katanya.

Tentu saja murid-muridnya heran, “Aneh guru kita ini, apa yang akan diperbuatnya malam nanti?” Pikir mereka sambil berjalan pulang.

Malam harinya, setelah para muridnya berkumpul kembali, Abu Nawas pun berseru:

“Hai, kamu semua, pergilah ke rumah Tuan Hakim, lalu hancurkan rumahnya. Kalau ada yang bertanya, jangan kamu pedulikan, tetapi katakan bahwa aku yang menyuruh kalian melakukan hal itu.”

Maka di kegelapan malam itu berbondong-bondonglah murid Abu Nawas menuju rumah Tuan Hakim untuk melaksanakan perintah menghancurkan rumah. Tentu saja penghuni rumah terkejut bukan main sementara ia sedang dibuai mimpi indah.

“Siapa yang menyuruh menghancurkan rumahku?” tanya Tuan Hakim.

“Guru kami, Abu Nawas,” jawab mereka serempak.

Orang-orang kampung yang melihat itu berusaha mengusir anak-anak itu tetapi tidak berhasil. Mereka dilempari batu oleh murid-murid Abu Nawas. Selain itu jumlah orang kampung sangat kecil dibandingkan jumlah murid Abu Nawas.

Siang harinya tuan hakim melaporkan peristiwa itu kepada Sultan Harun al-Rasyid yang kemudian memerintahkan memanggil Abu Nawas. Abu Nawas pun kemudian memanggil pedagang asal Mesir itu, mereka bertiga menghadap ke istana.

“Mengapa engkau menyuruh menghancurkan rumah penghulu?” tanya Sultan.

“Ya, tuanku Syah Alam. Kami suruh para murid menghancurkan rumah tuan hakim karena dalam mimpinya Tuan Hakim menyuruh kami menghancurkan rumahnya,” jawab Abu Nawas.

“Hai, Abu Nawas, bolehkah mimpi dilaksanakan? Hukum mana yang engkau pakai?” tanya Sultan.

“Mohon maaf, Yang Mulia, hukum yang kami pakai ialah hukum Tuan Hakim.”

Mendengar jawaban itu, Tuan Hakim tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tertunduk lesu dan membisu sampai terdengar titah Sang Sultan. “Abu Nawas, coba jelaskan maksud perkataanmu tadi”.

“Ya tuanku Syah Alam. Ada seorang pedagang Mesir datang ke negeri ini. Pada suatu malam ia bermimpi menikah dengan anak Tuan Hakim dengan mahar yang jumlahnya banyak sekali. Kabar itu didengar oleh Tuan Hakim. Lalu ia menemui si pedagang Mesir dan meminta mahar anak gadisnya itu. Tentu saja si pedagang Mesir tidak bersedia menyerahkan mahar karena pernikahan itu hanya mimpi. Tapi Tuan Hakim malah merampas seluruh harta si pedagang Mesir, kecuali baju yang dikenakannya.”

Tuan Hakim tidak mengingkari laporan Abu Nawas. Ia hanya membisu, lidahnya kelu.

“Dimana pedagang Mesir itu?” tanya Sultan.

Pedagang Mesir itu pun datanglah menghadap Sultan Harun al-Rasyid.

“Hai, pedagang Mesir, ceritakan kembali pengalamanmu selama engkau berdagang di negeriku ini,” titah Sultan.

Pedagang itu pun menyembah dan menceritakan kembali semua pengalamannya selama berdagang di Baghdad. Mendengar cerita itu, Sultan murka dan memecat Tuan Hakim serta mengurungnya di penjara. Sultan juga merampas harta benda tuan hakim dan memberikannya kepada si pedagang Mesir. Baca Juga : An-nifari-sang-pengelana


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

CARA MENINGKATKAN PENGGUNAAN WAKTU BEKERJA DENGAN TEPAT

Seorang pekerja tangguh akan mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebab, ia menyadari bahwa waktu adalah organisasi, kekuasaan, ukuran, dan bernilai uang. Pekerja tangguh yang dapat mengatur dan menggunakan waktu dengan baik seperti berhasil menerapkan manajemen waktu. Salah satu cara untuk meningkatkan penggunaan waktu dengan tepat ialah memulai segala kegiatan secara bersamaan dan serempak. Oleh karena itu, anda harus mempunyai kepribadian kuat sebagai modal utama dalam belajar. Pekerja tangguh senantiasa berusaha keras sehingga memiliki kebebasan dalam berekspresi. Dengan demikian, hal tersebut merupakan komponen dasar dari keselarasan antara keinginan dan kebutuhan pandangan mata. Disiplin juga berarti tepat waktu dalam segala hal. Ketika seseorang menuntun dirinya menjadi pekerja yang selalu tepat waktu, maka dengan sendirinya ia telah menunjukkan komitmen dan kesetiaan terhadap perusahaan. Dengan kata lain, ia telah berusaha mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya...

AN NIFARI SANG PENGELANA YANG ENGGAN BICARA

An-Nifari, Sang Pengelana yang Enggan Bicara Ketinggian tokoh sufi dari Irak ini konon melebihi Rumi dan Hallaj. Dia adalah teoritikus sufi sekaligus sastrawan besar. “Ketika kita sudah melakukan sesuatu dengan baik dan bersungguh-sungguh, mengapa harus meributkan penilaian orang lain? Bukankah Ridha-Nya yang kita harapkan?” Nama mistikus ini agak asing di telinga kita. Tidak seperti al-Hallaj, ia seakan kurang begitu terdengar. Padahal dimata para ahli tasawuf, pandangan-pandangan sufistiknya sangat berpengaruh. Terbukti dari banyaknya para sufi sesudahnya yang banyak mengikutinya. Dia adalah An-Nifari, yang telah meninggalkan jejak kesufian yang luar biasa. Dalam memaknai tasawuf, misalnya, ia lebih berhati-hati. Itu sebabnya ia menjadi panutan bagi para sufi yang lain. Nama lengkapnya ialah Muhammad ibnu Abdul Jabbar bin al-Husain an-Nifari. Di dunia sastra klasik Irak, namanya menjulang karena karya-karyanya yang masyhur. Tapi sejarah hidupnya sulit dilacak. Menurut c...

AGAMA DIMASA DEPAN

Agama Dimasa Depan Kehidupan saat ini adalah kehidupan yang serba kompleks, banyak sekali nilai-nilai agama yang dipertaruhkan demi kekuasaan, arogansi mayoritas, dan kepentingan-kepentingan kelompok yang sempit, disamping itu, agama juga punya sebuah tantangan hebat dari realitas yang terjadi saat ini, mampukah agama menjadi solusi terhadap berbagai masalah persoalan ummat manusia saat ini? Persoalan memudarnya kasih sayang diantara sesama manusia, pertikaian antar kelompok, merebaknya kekerasan, merebaknya intoleransi antar agama dan antar golongan, antara mayoritas dan minoritas, tragedi kemanusiaan yang terjadi dimana-mana, pembantaian umat manusia hanya demi ideologi kepentingan kelompok dan kekuasaan seperti yang terjadi di suriah, afganistan, rohingnya, thailand selatan, dll. Ketika agama tidak bisa menyelesaikan semua persoalan-persoalan ini, salahkah ketika agama harus ditinggalkan oleh penganutnya? Dan apa fungsi dan gunanya agama kalau tidak bisa menyelesaik...

KEKUATAN TEKAD MERUPAKAN FAKTOR PENTING MENUJU KESUKSESAN

Kekuatan Tekad Merupakan Faktor Penting Menuju Kesuksesan Menurut anda, apakah yang menjadi faktor penting untuk menuju kesuksesan? Walaupun ada banyak hal lain yang dapat menjadi faktor, saya percaya bahwa faktor penting untuk sukses adalah KEKUATAN TEKAD. Paul Graham, pendiri sebuah startup inkubator di Silicon Valley menulis ini : “Kami mempelajari bahwa prediktor yang paling penting dari kesuksesan adalah tekad. Meskipun faktor lain dapat membantu anda untuk menjadi lebih pintar, namun itu bukanlah faktor penentu. Ada banyak orang secerdas Bill Gates yang bahkan tidak mencapai apa-apa”. Dalam buku The Dip, Seth Godin menulis bahwa ada sebuah tempat di jalan menuju kesuksesan. Dimana anda akan mengalami kemunduran. Ia menyebut tempat itu dengan “lubang”. Ini adalah tempat dimana kekuatan tekad anda dibutuhkan. Banyak orang yang berhenti disana. Namun pemenang pasti dapat melaluinya. Kekuatan tekad dapat membantu anda melewati rintangan dan mengejar impian anda di ...

ABU NASR MUHAMMAD BIN AL FARABI, DEDIKASI TAK MENGENAL LELAH

Abu Nasr Muhammad bin Al-Farabi, Dedikasi Tak Mengenal Lelah Dalam setiap masa, selalu ada orang brilian yang layak di teladani. Dengan segala macam cara dan penemuan baru serta pemikiran cemerlang. Tanpa kenal lelah, mereka telah berusaha semaksimal mungkin untuk berkarya dan memberikan sesuatu yang terbaik bagi kemaslahatan umat manusia. Ini merupakan cara mereka untuk beribadah dan berjuang bagi kepentingan umat. Figur seorang filsuf muslim yang namanya sudah tidak asing dalam dunia Islam. Nama lengkapnya: Abu Nasr  Muhammad bin Tarkhan bin Awzalagh al-Farabi. Dalam teks-teks Latin di abad pertengahan, ia di kenal dengan nama Alfarabius atau Avennasar. Beliau lahir pada tahun 257 H / 870 M, di kampung Wasij di dalam wilayah Farab si seberang Sungai Sihun dan Jihun (Republik Turkistan sekarang). Ayahnya berasal dari Iran dan menjadi tentara kerajaan Samaniah dengan pangkat rendah. Sedangkan ibunya berasal dari daerah Turkistan. Dalam hal pendidikan keluarga, ayahnya san...