Setiap melihat dan menilai sebuah peristiwa, apakah dalam peristiwa itu membuat rasa spiritual dan rasa cinta kita kepadaNya bertambah? Ataukah justru kebencian dan dosa kita yang bertambah?
Bagiku Basuki Tjahaya dan Habib Riziek adalah guru kehidupan sebagai pelajaran bagi diri kita dalam perjalanan kedalam diri.
Mengapa kita sangat membenci salah satunya? bukankah keduanya diciptakan oleh Tuhan yang kita sembah setiap saat.
Mari lihat lebih dalam daripada sekedar perbedaan yang kita ributkan selama ini.
Apakah dengan membenci salah satunya kesucian kita akan meningkat?
Apakah dengan menghujat seseorang itu artinya kita adalah orang yang lebih suci dari seseorang yang kita hujat?
Apakah dengan mengutuk kegelapan, terang akan hadir ?
Apakah dengan membenci panas, rasa panas akan hilang ?
Apakah marah akan membuat suasana menjadi damai?
Jika tidak, mengapa kita tidak belajar dan berlatih dikesempatan dalam peristiwa ini? Belajar mengurangi penghakiman dan juga berlatih melepas kebencian didalam hati kita. Tentu tidak salah kita mendukung salah satunya, namun dukungan itu akan menjadi indah bila kita tidak menambahkan kebencian pada pihak yang lain.
Dan sadari juga bahwa mungkin seseorang yang anda benci belum tentu membenci Anda. Bagi saya , kedua orang tersebut adalah 'Guru' kehidupan yang sedang menjalankan peran yang diberikan Pencipta.
Seperti Yin dan Yang, baik-buruk, maskulin-feminin, Rama dan Rahwana, Buddha dan Mara, fujur-taqwa. (Wa nafsin wa maa sawwaha, fa'alhamaha fujuroha wataqwaha).
Seperti juga dalam aliran listrik positif negatif tanpa aliran positif-negatif listrik tidak akan bekerja. Mereka saling membatasi saling menghidupi. mereka tercipta berseberangan namun untuk sebuah tujuan yang mulia. Selain saling melengkapi, keduanya adalah sarana kita berlatih ikhlas pada kedua sisi berlawanan yang ada dalam diri kita semua.
Mereka yang memahami ini, tidak mudah menghakimi orang lain. Keburukan yang terlihat dalam diri orang lain, mungkin adalah keburukan yang sama berada dalam diri kita.
Mengutip kata bapak Muhammad Azhari
"benci dan cinta ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisah, tergantung mana yang dikedepankan"
Kalimat ini benar karena terserah kita mau mengembangkan sisi yang mana. Karena keduanya sudah ada secara Utuh dalam diri kita.
Contohnya seperti sebuah ampli sound system, kadang grafik trebelnya naik, kadang bass-nya naik. Dengan mengembangkan Bass-nya, maka treblenya tidak terdengar. Dengan mengembangkan treble, bassnya tidak terdengar. Tidak akan pernah hilang, hanya tidak terdengar, hanya masalah mana yang dominan.
Oleh sebab itu selama di dunia jangan merasa bahwa kita telah suci. Karena ada masanya dimana bass kita yang nyaring terdengar, atau treble kita yang lebih dominan. Terus meneruslah membersihkan hati dan jiwa kita, karena wudhu hakiki itu harus kita lakukan selama kita masih hidup.
Qod aflaha man zakkaha,
beruntunglah mereka yang membersihkan bathinnya,
Wa qod khoba, man dassaha,
dan merugilah orang-orang yang mengotori bathinnya.
Mengutip kata bapak Royan Mudo
Boleh benci tapi bukan benci kepada orangnya, bencilah kepada kesalahan yang dilarang Allah. jika ada orang yang melakukan kesalahan bencilah terhadap kesalahannya bukan pada orangnya.
Jika kuku kita panjang yang dipotong adalah kukunya bukan jarinya, jika ada masalah yang dipotong adalah masalahnya bukan orangnya.
Ketika benci terhadap kesalahannya jangan jauhi dia. Dekati dia sentuh hatinya. Insya Allah Kerasnya batu akan luluh terkena tetesan air. Baca Juga : Tasawuf-obat-radikalisme
Semoga kita semua bisa saling memahami.
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Komentar
Posting Komentar
SILAKAN KOMENTAR SESUAI TOPIK.....