MANUSKRIP YANG MEREKAM SEJARAH PERTEMUAN DUA SUFI BESAR DI KONYA SYAIKH AL AKBAR IBN AL ARABI DAN SYAIKH SHADR AL DIN AL QUNYAWI MANUSKRIP YANG MEREKAM SEJARAH PERTEMUAN DUA SUFI BESAR DI KONYA SYAIKH AL AKBAR IBN AL ARABI DAN SYAIKH SHADR AL DIN AL QUNYAWI - SUARA HARIAN OTO BEMO BERODA TIGA
Suara Harian Oto Bemo Beroda Tiga

Komunikasi, Media Ilmu & Pengetahuan Umum Blogging

Langsung ke konten utama

"OTO BEMO.. OTO BEMO.. BERODA TIGA .. TEMPAT BERHENTI.. DITENGAH TENGAH KOTA..PANGGIL NONA..PANGGIL NONA..NAIK KERETA..NONA BILANG..TIDAK PUNYA UANG.. JALAN KAKI SAJA"

MANUSKRIP YANG MEREKAM SEJARAH PERTEMUAN DUA SUFI BESAR DI KONYA SYAIKH AL AKBAR IBN AL ARABI DAN SYAIKH SHADR AL DIN AL QUNYAWI

Manuskrip yang Merekam Sejarah Pertemuan Dua Sufi Besar di Konya: Syaikh al-Akbar Ibn al-Arabi dan Syaikh Shadr al-Din al-Qunyawi.

Salah satu perpustakaan terpenting di Turki yang menyimpan banyak koleksi manuskrip (naskah tulis tangan) dan naskah cetak tua-langka (nawâdir al-mathbû’ât) adalah Perpustakaan Yusuf Aga (Yusuf Aga Kutuphanesi) yang terletak di kota Konya.

Di perpustakaan ini terdapat sekitar 3000 (tiga ribu) koleksi kategori mansukrip dan 8000 (delapan ribu) koleksi kategori cetak tua. Koleksi tersebut berasal dari berbagai macam bahasa, mulai dari Arab, Persia, Turki-Ottoman, Kurdi, Armenia, Yunani, dan lain-lain. Kebanyakan koleksi manuskrip tersebut berasal dari masa Dinasti Seljuk (abad XI hingga XIII) dan Dinasti Ottoman (awal abad XIV hingga awal abad XX).

Kami merasa beruntung karena ketika menziarahi perpustakaan Yusuf Aga, kami dapat bertemu dengan kepalanya, yaitu Bapak Idris Akman. Beliau telah berbaik hati menyambut kami dan memperlihatkan kepada kami beberapa koleksi manuskrip perpustakaan Yusuf Aga yang terpenting.

Di antara koleksi manuskrip tersebut adalah manuskrip kitab “al-Futûhât al-Makkiyyah” karya seorang sufi besar dunia Islam abad XIII asal Andalus, yaitu Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibn al-Arabi (dikenal dengan Ibn Arabi, w. 1240). Hal yang paling menarik lainnya adalah manuskrip tulisan tangan Ibn Arabi yang berisi mandat dan kredensi intelektual (ijâzah) atas sanad keilmuan yang diberikan oleh Ibn Arabi kepada anak tirinya sekaligus murid kinasihnya, yaitu Shadr al-Din al-Qunyawi (w. 1274). Manuskrip tersebut bernomor kode 7838.

Ijazah yang diberikan oleh Ibn Arabi dengan ditulisnya langsung oleh tangannya itu kepada Shadr al-Din al-Qunyawi menjadi saksi akan kedekatan hubungan intelektual dan hubungan batin antara dua ulama besar dunia Islam itu. Ibn Arabi menulis (hal. 345):

أقول وأنا محمد بن علي بن محمد بن العربي الطائي، وهذا خطي: سمع عليّ الولد المبارك الطاهر صدر الدين محمد بن صاحبي المخلص المرحوم مجد الدين اسحاق بن محمد القونيوي من تواليفي قراءة منه علينا: الفتوحات المكية في عشرين مجلدا ومواقع النجوم والتدبيرات الالهية والتنزلات الموصلية وكتاب المعرفة والديوان والذخائر والأعلاق في شرح ترجمان الأشواق. وذلك في جمادى الأولى سنة تسع وعشرين وستمائة

(Aku berkata, bahwa aku Muhammad b. Ali b. Muhammad b. al-Arabi al-Tha’i, dan ini adalah tulisan tanganku: telah belajar kepadaku seorang anak yang salih, yang diberkahi, yang suci, Shadr al-Din Muhammad, anak dari kawanku yang tulus ikhlas, almarhum Majd al-Din Ishaq b. Muhammad al-Quniyawi, [ia telah belajar kepadaku] beberapa kitab-kitab karanganku yaitu “al-Futûhât al-Makkiyyah” sebanyak dua puluh jilid, juga kitab “Mawâqi’ al-Nujûm”, “al-Tadbîrât al-Ilâhiyyah”, “al-Tanazzulât al-Mûshuliyyah”, “Kitâb al-Ma’rifah”, “al-Dîwân”, “al-Dzakhâ’ir wa al-A’lâq fî Syarh Turjumân al-Asywâq”. Pada bulan Jumada al-Ula tahun 929 Hijri).

Sementara itu, Syaikh Shadr al-Din al-Qunyawi juga menulis (hal. 345):

بسم الله الرحمن الرحيم
بخط محمد بن اسحاق القونيوي
أتوكل وبه أستعين

يقول العبد محمد بن اسحاق الذي سمعت عن سيدي ومولاي وشيخي الإمام العالم الراسخ المحقق المخصوص بتأييد الله وفضله محي الدين أبي عبد الله محمد بن علي بن محمد بن العربي الطائي الحاتمي ثم الأندلسي رضي الله عنه ما نفصله. فمن ذلك من مصنفاته: كتاب رسالة الأنوار وكتاب نسخة الحق والكتاب المسمى بالإعلام بإشارات أهل الألهام وكتاب مراتب علوم الوهب وكتاب النقباء وشرح الألفاظ الذي يستعملوها أهل طريق الله فيما بينهم وكتاب المعرفة وكتاب العبادة وكتاب التجليات

(Bismillâhirrahmânirrahîm. Ditulis oleh guratan tangan Muhammad b. Ishaq al-Quniyawi. Aku bepasrah kepada Allah, dan kepada-Nya aku memohon pertolongan.

Berkata seorang hamba, Muhammad b. Ishaq: aku telah mengaji kepada tuanku, bendaraku, guruku, al-Imam al-Alim, al-Rasikh al-Muhaqqiq, yang teristimewa dengan sokongan Allah dan keutamaan-Nya, Muhyiddin Abi Abdillah Muhammad b. Ali b. Muhammad b. Al-Arabi al-Tha’i al-Hatimi lalu al-Andalusi RA, akan kitab-kitab berikut perinciannya. Di antaranya adalah kitab-kitab karangan beliau, yaitu kitab “Risâlah al-Anwâr”, “Nuskhah al-Haqq”, “al-I’lâm bi Isyârât Ahl al-Ilhâm”, “Marâtib ‘Ulûm al-Wahb”, “Kitâb al-Nuqabâ”, juga mengaji akan penjelasan [syarah] lafaz-lafaz yang kerap digunakan oleh ahli tarikat, juga “Kitâb al-Ma’rifah”, “Kitâb al-‘Ibâdah”, dan “Kitâb al-Tajalliyât”).

Diriwayatkan, bahwa Ibn Arabi singgah di kota Konya pada tahun 1207 M atas undangan penguasa Seljuk masa itu, yaitu Sultan Ghiyats al-Din Kaykhusrav (m. 1205-1211 M). Ia pun disambut dengan suka cita sebagai seorang ulama besar dan tinggal di Konya selama beberapa tahun. Salah satu kawan Ibn Arabi yang berasal dari Konya adalah Syaikh Majd al-Din Ishaq al-Qunyawi, ayah daripada Syaikh Shadr al-Din Muhammad b. Ishaq al-Qunyawi. Namun ketika tiba di Konya, sang sahabat karib itu meninggal dunia. Beliau berwasiat agar Ibn Arabi mau menikahi jandanya sekaligus mengasuh anaknya, yaitu Shadr al-Din Muhammad al-Qunyawi, yang saat itu masih berusia sekitar sepuluh tahun.

Ibn Arabi pun menikahi janda sahabatnya itu. Pun, ia mengasuh anak sahabatnya, yang kemudian menjadi anak tirinya, dengan sebaik-baik asuhan dan pendidikan. Di kemudian hari, selang beberapa tahun kemudian, sang anak tiri itu pun menjadi murid terdekat Ibn Arabi. Syaikh Shadr al-Din al-Qunyawi pun dikenal sebagai orang yang paling memahami dengan baik, detail, teliti, dan gamblang akan ajaran-ajaran tasawuf tingkat tinggi Ibn Arabi. Tak hanya itu, Syaikh Shadr al-Din al-Qunyawi juga menuliskan syarah (penjelasan) atas kitab karya ayah tiri sekaligus gurunya itu, yakni kitab “al-Futûhât al-Makkiyyah”.

Di Nusantara, ajaran tasawuf Ibn Arabi banyak tersebar pada abad XVI dan utamanya abad XVII melalui sosok seorang sufi dari India bernama Fahdlullah al-Burhanpuri (w. 1620). Al-Burhanpuri telah mentransformasi pemikiran tasawuf Ibn Arabi dalam karya intelektualnya yang berjudul “al-Tuhfah al-Mursalah”. Selain al-Burhanpuri, di Nusantara pemikiran Ibn Arabi juga dapat ditelusuri melalui tokoh Hamzah Fansuri dan Syams al-Din al-Sumatrani di kurun masa yang sama. (RM). Baca Juga : Kata-alhallaj-iblis-itu-bertauhid-tapi

Wallahu A’lam
Penulis Kolom Dosen di UNU Jakarta. Selain itu, menulis buku dan menerjemah.


Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Komentar

POPULAR POST

IMAM AL GHOZALI JELASKAN MUSIK DAN TARIAN PARA SUFI

Musik dan tarian para sufi dijelaskan oleh Imam Al Ghazali. Hukum musik dan tarian tergantung bagaimana keduanya digunakan. Sedangkan bagi kaum sufi, musik dan tarian yang mereka lakukan merupakan sepenuhnya bersifat keagamaan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa'adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan musik untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Allah dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani. Maka dalam hal ini, hati para sufi menjadi sebersih perak yang dibakar di dalam tungku. Mencapai suatu tingkat kesucian yang tak akan pernah bisa dicapai oleh sekadar hidup prihatin walau seberat apapun. Baca Juga :  Kharomah-sayidah-nafsiah-dan-wali-allah Para sufi kemudian menjadi sedemikian sadar akan hubungannya dengan dunia rohani. Sehingga mereka kehilangan segenap perhatiannya akan dunia ini dan kerap kali kehilangan kesadaran indriawi. Meskipun demikian, para calon sufi dilarang ikut ambil bagian d